Ekonomi Biru

Ekonomi Biru Indonesia Kalah dengan Korsel dan Norwegia

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa menyadari bahwa Indonesia kini tertinggal dari Norwegia dan Korea Selatan dalam sektor pengemban

Featured-Image
Sumber daya alam yang berasal dari laut (ekonomi biru) memiliki potensi besar untuk menciptakan nilai tambah. Amalia menekankan bahwa Indonesia tidak mau hanya menjual sumber daya alam dari laut yang mentah, sehingga tidak mendapatkan multiplier effect ke dalam perekonomian dalam negeri. Foto: eastasiaforum.org

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Suharso Monoarfa menyadari bahwa Indonesia kini tertinggal dari Norwegia dan Korea Selatan dalam sektor pengembangan ekonomi biru.

"Kenapa bisa seperti itu? Karena mereka didukung dengan riset yang sangat kuat. Sehingga menjadikan nelayan di sana sangat kaya mengelola ikan tidak kaleng-kaleng seperti kita," jelas Suharso pada siaran langsung Indonesia Development Forum 2023 melalui siaran daring, Senin (18/12).

Berdasarkan data yang dia paparkan, Norwegia memiliki industri kelautan yang menciptakan nilai besar dan menyumbang 20,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka.

Baca Juga: Pantesan Lambat, Pertumbuhan Ekonomi Biru masih Stagnan

Begitu pun juga yang terjadi di Korea Selatan. Negara tersebut unggul dalam riset dan inovasi dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi biru yang baik.

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk memperkuat riset sebagai bagian dari kebijakan pengembangan ekonomi biru ke depan.

"Dukungan pemerintah dalam pendanaan riset menjadi kunci sukses kedua negara tersebut," terang dia.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Surplus, Risiko Global masih Menghantui

Penting untuk tahu. Teknologi canggih yang sudah diterapkan oleh kedua negara tersebut di amtaranya pelayaran hijau dengan peralihan bahan bakar konvensional ke energi lebih bersih.

Lalu, ada juga teknologi perkapalan tanpa nahkoda dan logistik maritim digital yang mengefisiensi waktu operasional dari 40 jam menjadi 24 jam. Hingga teknologi pangan biru yang mampu menciptakan peluang pasar seafood mencapai US$ 13,8 triliun. 

"Lagi-lagi basisnya adalah riset, mereka mengedepankan pelayaran teknologi perkapalan tanpa nahkoda, transportasi logistik hingga maritim digital," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner