Kalteng

Duh, Ketersediaan Obat Covid-19 di RS Palangka Raya Makin Menipis

apahabarcom, PALANGKA RAYA – Ketersediaan obat untuk pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Kota Palangka…

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Istimewa

apahabarcom, PALANGKA RAYA - Ketersediaan obat untuk pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Kota Palangka Raya, baik BUMN maupun swasta, mulai menipis. Bahkan sudah ada obat yang habis.

Hal ini terjadi karena adanya lonjakan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit.

Kepala Seksi Humas Pelayanan Unit Pelayanan Pengaduan Kesehatan RSUD Doris Silvanus Palangka Raya Cipta Yanatama mengakui kondisi itu.

“Untuk sementara masih bisa melayani sampai seminggu. Sambil menunggu pengiriman obat yang sedang dalam perjalanan,”kata Cipta, Jumat (23/7).

Meski begitu pihaknya selalu memantau ketersediaan obat dan segera memesannya, walau sejumlah obat memang sulit diperoleh.

Kepala RS Perluasan RSUD Kota Palangka Raya, dr Probo Wuryantoro, menyebut stok obat favipiravir sudah habis. Sedangkan obat anti virus remdesivir, hanya tersedia untuk beberapa hari saja

Kini, pihaknya sudah meminta bantuan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng untuk menutup kekurangan obat.

Dia menyebut remdesivir hanya untuk penggunaan emergensi pada pasien Covid-19 yang masuk dalam kategori berat yang dirawat inap di rumah sakit.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Siloam Palangka Raya, dr. Kevin Chrisanta Budiyatno, mengakui sejumlah obat sedang langka. Di antaranya remdesivir, favipiravir, azithromycin, dan vitamin C.

“Kami order obat rutin, tapi memang belum datang. Atau memang kosong dari distributornya. Kalau dihitung-hitung stok saat ini hanya untuk 5 hari ke depan,”ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Kadis Kesehatan Kalteng dr Suyuti Syamsul menyatakan hal yang sama juga dialami oleh rumah sakit lain di Indonesia.

Dia bilang bukan cuma obat antivirus Covid-19 saja, tetapi hampir semua obat-obatan lagi sulit dicari.

“Kita juga sudah meminta ke Kementerian Kesehatan untuk dikirimi obat-obatan yang diperlukan,”ucapnya.

Menurutnya, semua sarana layanan kesehatan akan dibantu jika obatnya sudah tersedia. Tetapi hendaknya fasilitas kesehatan juga bisa melakukan pengadaan mandiri.

Sebab ketersediaan obat tetap menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan. Sedangkan obat yang di Dinkes, hanya bersifat dukungan.

“Saat ini mau beli obat juga tidak ada yg jual. Sambil menunggu, bisa menggunakan obat lain yang masih ada,” pungkasnya.



Komentar
Banner
Banner