bakabar.com, JAKARTA – Belum lagi pandemi usai, kini ditemukan adanya varian baru Covid-19. Ini terdeteksi di Malaysia.
Negara itu melaporkan varian baru Covid-19 berdasarkan dari 60 sampel pasien positif di negara bagian Sabah.
Direktur jenderal Kementerian Kesehatan Dr Noor Hisham Abdullah, mengatakan jenis baru Covid-19 yang ditemukan adalah A701B.
Varian ini mirip dengan mutasi Covid-19 di Afrika Selatan.
Afrika Selatan sebelumnya menyebut varian baru yang ditemukan itu memicu lonjakan kasus kematian.
“Ini mirip dengan jenis yang ditemukan di Afrika Selatan, Australia, dan Belanda,” katanya di dalam konferensi pers harian, dikutip dari Straits Times, dilansir dari detikcom.
“Covid-19 selalu bermutasi, dan kami selalu memantau dan meneliti implikasi dari strain yang berbeda terhadap populasi,” tuturnya.
Pihak Malaysia masih belum bisa memastikan apakah mutasi Covid-19 satu ini lebih menular atau memperparah gejala.
Dr Noor Hisham pun menyebut Malaysia ikut mewaspadai dan memantau varian baru Corona dari Inggris.
Namun, pemerintah tidak bermaksud untuk menarik kembali putusan karantina wajib dari 10 hari menjadi 14 hari karena ditemukannya mutasi Inggris.
“Jika kita melihat data putusan karantina kita, tidak banyak perbedaan antara 10 dan 14 hari isolasi. Sebagian besar, seseorang akan mengalami gejala dalam minggu pertama,” tegasnya.
“Jika masa karantina hanya tujuh hari, maka mungkin risikonya tinggi, tapi 10 hari atau 14 hari tidak jauh berbeda, berdasarkan pengalaman kami,” kata Dr Noor Hisham.
Seperti diketahui Inggris juga merupakan negara yang juga mengumumkan telah menemukan varian baru Covid-19.
Lantas bagaimana dengan vaksin saat ini, apakah ampuh?
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) memperkirakan tidak akan berdampak buruk pada efektivitas vaksin yang saat ini tengah dikembangkan oleh banyak produsen di dunia, termasuk Indonesia.
Menristek Bambang Brodjonegoro mengatakan mutasi virus tersebut hingga saat ini hanya menyebabkan tingkat penularan menjadi lebih tinggi.
“[Ada] namanya receptor binding domain, meski RDB diserang tapi RDB tidak akan terganggu jadi vaksin akan optimis meski ada varian baru ini,” kata Bambang dalam dialog, Kamis (24/12/2020).
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menjelaskan, virus memang dengan mudah bisa melakukan mutasi untuk menyesuaikan diri dengan inangnya.
Dalam mutasi tersebut, terdapat dua kemungkinan yakni virus tersebut menjadi lemah dan mati atau virus itu menjadi sehat dan bertahan dengan kondisi inangnya tersebut.
Sedangkan mutasi yang terjadi pada virus dan ditemukan di Inggris ini membuat virus menjadi fit dan menyebabkan menjadi lebih cepat menulari ke orang-orang sekitarnya.
“Vaksinasi sejauh ini mutasi di protein S bukan di RDB. Pada mutasi baru ini ada mutasi di RDB tapi banyak beberapa poin yang belum sampai ubah struktur yang sifat antigennya jadi sejauh ini belum ganggu kinerja vaksin,” jelasnya pada kesempatan yang sama.
Untuk itu, masyarakat tidak perlu panik dan khawatir dalam menyikapi adanya varian baru virus Covid-19 ini namun harus tetap waspada.
Namun demikian, upaya deteksi, respon dan pencegahan perlu ditingkatkan untuk mencegah masuknya virus ini ke Indonesia.