Seorang pria yang dianggap sebagai pemuka agama di Angkinang diduga melecehkan sejumlah jemaah wanitanya sendiri.
Penelusuran bakabar.com, korbannya mencapai lebih sepuluh orang. Beberapa bahkan masih di bawah umur.
Menurut warga berinisial A (31) aksi cabul terduga pelaku sebenarnya sudah berlangsung sejak dua bulan lalu.
“Awalnya mereka (korban) enggan melaporkan kejadian itu karena malu dan tidak didukung keluarga,” ungkap A kepada bakabar.com, Selasa (28/12).
Terlebih, pihak terkait juga sudah beberapa kali mengajukan mediasi antara korban dan terduga pelaku guna memastikan kebenaran.
“Terakhir kami mengajak mediasi pada Kamis (23/12) lalu namun ia tidak datang. Informasinya telah ke luar daerah,” bebernya.
Selama ini terduga pelaku sudah dianggap layaknya guru pada suatu perkumpulan di Angkinang oleh mereka.
Namun diam-diam mereka malah digagahi oleh pria itu lewat ritual mandi-mandi.
Ada dua korban yang didampingi A yaitu BA (30) dan AA (16).
A bercerita jika terduga pelaku merayu BA lewat anaknya yang rutin mengikuti pengajian.
"Mama ikam [kamu] sudah kena guna guna laki-laki lain, " ujar A menirukan perkataan anak BA.
Mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya, BA bersama AA (16) mendatangi rumah terduga pelaku.
“Mereka berdua datang namun yang mengantarkan hanya menunggu di depan rumah,” kata A.
Terduga pelaku kemudian justru mengajak BA ke kamar mandi.
"Ia beralasan untuk menghilangkan pengaruh negatif dengan cara mandi-mandi," ujarnya.
Selang beberapa waktu, ternyata AA turut terpengaruh hingga datang sendiri ke rumah terduga pelaku.
Menurut A, korban satu ini yang paling parah. Dia hanya disuruh mengenakan pakaian putih transparan yang telah disediakan tanpa pakaian dalam lalu diguyur air di dalam kamar mandi.
“Ketika mandi-mandi, pria itu sambil menggosok badan hingga kemaluan korban,” jelasnya.
Tak hanya itu, saat mandi-mandi AA sempat mendengar suara seperti jepretan kamera disusul cahaya putih blitz handphone.
“Korban ini ditutup matanya, disuruh menunggu beberapa menit sambil dilucuti pakaiannya. Tetapi masih mendengar dan melihat cahaya sekilas,” ujarnya.
A menyayangkan sikap warga desa yang seakan sudah terperdaya ajaran terduga pelaku. Hampir semua warga sebut dia memilih menutup mata dan telinga. Bahkan orang tua dari salah satu korban meminta supaya melupakan kejadian itu.
“Kami dengar juga, pihak tertentu ada yang melakukan intimidasi terhadap korban merayu supaya tidak lapor ke polisi. Terlebih mengiming-imingi masuk surga,” kata A.
Merasa perilaku terduga pelaku telah kelewatan, A bersama dua korban tadi melapor ke Satreskrim Polres HSS, Senin (27/12) malam. Di sana mereka menceritakan semua aksi amoral sang guru kepada petugas reskrim yang sedang piket malam.