bakabar.com, JAKARTA - Diskusi Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) ricuh. Fakta itu disoroti Analis Politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.
Kata dia, peristiwa itu jelas tak bagus. Contoh buruk. Apalagi kericuhan dipicu perbedaan pendapat. Tidak mencerminkan cara berdemokrasi yang baik.
"Kalau kita sudah sepakat berdemokrasi, maka harus sepakat adanya perbedaan. Termasuk dipanggung diskusi dan panggung ilmiah. Saya menyesalkan kalau ada kejadian-kejadian seperti itu," ucapnya.
Jika pun ada masalah, kata Ujang lebih baik diselesaikan dengan narasi balasan. Bukan menghentikan diskusi dengan paksa yang berujung pada tindakan anarkis.
Baca Juga: Pengamat: Kasus Airlangga Hartarto Ancam Elektoral Partai Golkar
"Saya tidak tau pasti apa tujuan massa tersebut. Bisa jadi memang untuk menghentikan diskusi yang dapat merugikan Airlangga. Jadi kalau ada isu yang bilang massa itu arahan Airlangga, saya tidak tau, harus dicek dulu betul atau tidaknya," tutupnya.
Buat yang belum tahu. Diskusi ini digelar, Rabu (26/7) tadi. Tepatnya di syukuran Partai Golkar Menuju Kemenangan Pileg 2024.
Sejumlah massa yang tak diketahui asalnya tiba-tiba datang ke Restoran Pulau Dua. Tempat acara itu berlangsung. Mereka lalu menuntut agar diskusi dihentikan.
Saat itu, terjadi perdebatan. Tak berselang lama, suasana kian memanas dan berujung pada kericuhan.