bakabar.com, BATOLA – Selain memaksa warga mengungsi, banjir di Barito Kuala juga merusak ribuan hektar tanaman padi unggul.
Selama lima hari terakir, tercatat banjir telah menggenangi sekitar 5.401 hektar lahan tanaman padi. Diestimasi lahan tersebut menghasilkan 80.050 kilogram gabah.
Catatan itu dirangkum Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola dalam data padi unggul periode 1 Oktober 2020 hingga 15 Januari 2021.
Petani di Kecamatan Mandastana terkena dampak banjir kiriman paling parah. Selain diharuskan mengungsi, tidak kurang 1.281 hektar lahan tanaman padi mereka tergenang.
“Mau bagaimana lagi, karena sudah anakan padi sudah tak bisa diselamatkan lagi,” ungkap Miseni, salah seorang petani di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Senin (18/1).
“Sekarang yang terpenting keluarga selamat, karena air sudah masuk rumah. Sementara kami mengungsikan keluarga di posko desa,” imbuhnya.
Meski masyarakat tidak langsung mengalami dampak banjir separah di Mandastana, tercatat 1.256 lahan padi di Rantau Badauh juga tergenang banjir.
Berikutnya Anjir Pasar seluas 1.001 hektar, Anjir Muara 579,5 hektar, Jejangkit 438 hektar, Tabunganen 281,5 hektar, Alalak 221 hektar dan Cerbon 157 hektar.
Akumulasi dari intensitas curah hujan tinggi dan banjir selama lima hari terakhir, membuat sekitar 2.834 hektar tanaman padi dilaporkan mengalami puso atau sekitar 31.650 kilogram.
Anjir Pasar mengalami puso tertinggi seluas 999 hektar, Mandastana 689 hektar, Rantau Badauh 440 hektar, Jejangkit 339 hektar, Anjir Muara 197 hektar dan Alalak 161 hektar.
Selain padi unggul, terdapat 8 hektar lahan padi lokal yang terkena banjir. Tercatat sekitar 100 kilogram yang dilaporkan mengalami puso.
“Memang kegagalan pertanian akibat banjir tidak dapat dihindari. Tetapi kerugian masih bisa diminimalisasi, kalau petani mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP),” papar Murniati, Kepala Distan TPH Batola.
“Nilai pertanggungan sebesar Rp6 juta per hektar, terutama untuk kerusakan 70 persen akibat hama maupun banjir,” tambahnya.
Beberapa kelompok tani di Batola sudah memanfaatkan asuransi tersebut. Terlebih syarat menjadi peserta AUTP adalah harus bergabung dalam kelompok tani.
“Kami berharap petani yang terancam mengalami gagal panen akibat banjir, sudah memanfaatkan asuransi tersebut,” tandas Murniati.