bakabar.com, JAKARTA- Saat ini daya saing Indonesia di bidang pangan terbilang masih lemah. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya penolakan terhadap hasil pangan Indonesia yang diekspor ke beberapa negara.
Penyebab penolakan tersebut karena Indonesia kurang dalam pengawasan keamanan pangan. Dapat diilihat dari masih banyaknya ditemukan cemaran pada pangan Indonesia. Cemaran tersebut bersifat fisika dan kimia seperti adanya aflatoksin, histamin dan antrakuinon pada teh karena bahan pengolahan yang digunakan masih tradisional.
Apabila daya saing pangan Indonesia mau kuat, maka para pelaku harus memperhatikan food safety tersebut. karena Indonesia kurang memperhatikan keamanan pangan yang dihasilkannya.
Baca Juga: Jokowi Teken Perpres Tetapkan 11 Cadangan Pangan Pemerintah
Fakta akan kondisi daya saing pangan Indonesia di pasar internasional tersebut diungkap oleh Guru Besar Tetap Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (Unila), Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M. Sc pada acara Musyawarah Nasional ke-2 Himpunan Alumni Sekolah Bisnis-Institut Pertanian Bogor (HA SB IPB) di Hotel Swiss Bell Bogor, Sabtu (10/12).
“Food safety jarang dipikirkan oleh pihak pelaku bisnis. Padahal, sangat berpengaruh terhadap daya saing bisnis. Contoh dari hal tersebut adalah banyaknya produk ekspor dari Indonesia seperti teh, kopi, dan ikan yang ditolak di negara lain karena tidak lulus uji cemaran baik secara fisika maupun kimia seperti adanya aflatoksin, histamin, dan antrakuinon pada teh karena pengolahan yang digunakan masih tradisional,” ujar Bustanul melalui rilis diterima bakabar.com pada minggu (11/12).
Baca Juga: Inflasi Pangan tidak Terkendali, BI Terpaksa Naikkan Suku Bunga Acuan
Dalam Munas yang bertema "Building Resilience Cultivate Excellence" ini, Bustanul juga mengungkapkan bahwa selama Indonesia hanya berfokus pada ketersediaan pangan tanpa memperhatikan akses terhadap pangan.
Padahal, Separuh dari penduduk Indonesia tidak mampu mengkonsumsi makanan bergizi dikarenakan cost of healthy diet yang tinggi di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat memiliki gizi yang buruk. Padahal, akses terhadap pangan dengan kualitas baik yang terpenuhi dapat mempengaruhi daya saing dari bangsa itu sendiri.
Pada acara Munas yang dihadiri peserta yang merupakan alumni dari program studi S1, S2, dan S3 SB IPB menghasilkan keputusan terpilihnya Irvandi Gustari sebagai Ketua Umum DPP Himpunan Alumni Sekolah Bisnis IPB (HA SB IPB) periode 2022-2026.
Baca Juga: Cegah Inflasi, Pemerintah Kota Singkawang Gelar Pasar Pangan Murah
Irvandi menggantikan Rudy Irawan yang merupakan ketua umum HA SB IPB yang pertama yang dianggap telah sukses meletakkan dan membangun pondasi organisasi tersebut. Kepada penggantinta Rudy berpesan agar kepengurusan selanjutnya dapat mempertahankan pencapaian dan dapat berakselerasi.
“Di masa yang serba tidak pasti ini kita harus bisa berakselerasi dengan vision, understanding, clarity, dan agility,” ujarnya.
Himpunan Alumni Sekolah Bisnis IPB (HA SB IPB) merupakan organisasi wadah alumni sekolah Bisnis IPB, yang terdiri dari alumni program S1. S2 dan S3.