Religi

Dimulai Malam Ini, Ketahui Keutamaan-Tata Cara Salat Nisfu Syakban

apahabar.com, BANJARMASIN – Jatuh pada malam ini, Kamis (17/3). Berikut keutamaan hingga tata cara salat Nisfu…

Featured-Image
Ilustrasi Salat. Foto-Net

bakabar.com, BANJARMASIN – Jatuh pada malam ini, Kamis (17/3). Berikut keutamaan hingga tata cara salat Nisfu Syaban beserta niat dan doa.

Dalam sebuah hadis riwayat Baihaqi, dijelaskan keutamaan malam nisfu syaban sebagai berikut:

“[Rahmat] Allah SWT turun ke bumi di malam nisfu Syaban. DIA akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian [kemunafikan],” (H.R. Baihaqi).

Penjelasan keutamaan salat Nisfu Syaban, tertera dalam hadis riwayat Ahmad sebagai berikut:

“Allah SWT senantiasa memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Sya‘ban. Maka Dia akan mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali 2: hamba yang saling bermusuhan dan yang membunuh,” (HR. Ahmad).

Adapun anjuran melaksanakan sholat malam nisfu syaban pernah disampaikan juga oleh Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ Fatawa.

“Adapun terkait [sholat] di malam nisfu Syaban, maka banyak hadis serta atsar dari sahabat yang menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf bahwa mereka melakukan salat pada malam nisfu Syaban.”

Anjuran untuk melaksanakan sholat sunah pada malam nisfu syaban disampaikan pula oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin. Di kitab tersebut, Imam Al-Ghazali menjelaskan tata cara sholat nisfu syaban beserta jumlah rakaatnya.

Akan tetapi, dalil kesunahan shalat nisfu syaban hanya berlandaskan kepada hadis hasan lighairihi dari Imam Tirmidzi dan sejumlah hadis lainnya yang dianggap lemah.

Karena itu, sebagian ulama mengganggap dalilnya belum sampai derajat hadis shahih sehingga menolak pendapat mengenai kesunahan ibadah ini. Imam Nawawi adalah salah satu yang berpendapat demikian, meski ulama Mazhab Syafii tersebut tidak menolak dalil mengenai keutamaan malam nisfu syaban.

Meski begitu, jumhur ulama bersepakat bahwa hadis hasan maupun hadis daif dalam hal tertentu boleh dijadikan dasar pelaksanaan ibadah, dengan tujuan untuk keutamaan amal (fadhailul a’mal).

Maka dari itu, sebagian ulama tetap memperbolehkan sekaligus menganjurkan pelaksanaan sholat nisfu syaban. Apalagi, banyak riwayat yang menegaskan keutamaan malam nisfu syaban.

Tata Cara dan Niat Sholat Nisfu Syaban Sendirian Sholat nisfu syaban dapat dilaksanakan dengan sendirian maupun berjamaah.

Ibnu Taimiyah juga menjelaskan bahwa sholat nisfu syaban dapat dilakukan dengan 2 rakaat hingga 6 rakaat, dan tak ada ketentuan secara khusus mengenai hal itu.

Adapun tata cara salat nisfu syaban sendirian serta bacaan niatnya ialah sebagai berikut:

1. Membaca niat sholat malam nifsu syaban

اُصَلِّىْ سُنَّةً نِصْفُ شَعْبَانَ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Usholli sunnatan nisfu sya’baana rak’ataini lillahi ta’ala Artinya: “Saya berniat salat sunah nisfu Syaban dua rakaat karena Allah Ta’ala”

2. Membaca bacaan doa Iftitah, Al-Fatihah, dan surat pendek.

3. Diutamakan membaca surat Al Kafirun dan Al-Ikhlas.

4. Rukuk dengan membaca doa rukuk. Itidal dengan membaca doa Itidal.

5. Sujud dengan membaca doa sujud.

6. Duduk di antara dua sujud dengan membaca bacaan doanya.

7. Sujud kedua.

8. Berdiri menunaikan rakaat kedua.

9. Membaca surah Al-Fatihah, kemudian diutamakan membaca surat Al-Ikhlas setelah Al-Fatihah, kemudian mengulangi urutan di atas.

10. Duduk tahiyat akhir.

11. Mengucap salam. Bacaan Doa Malam Nisfu Syaban Pada malam nisfu syaban, umat Islam dianjurkan berdoa memohon umur panjang dan rezeki yang berkah, serta akhir hidup husnul khatimah.

Pembacaan doa ini dipanjatkan, setiap akhir membaca surat yasin. Dikutip dari laman NU Online, Sayyid Utsman bin Yahya menganjukan bacaan doa di malam nisfu syaban sebagai berikut:

اللَهُمَّ يَا ذَا المَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ. اللَهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِي، وَاكْتُبْنِي عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الحَقُّ فِي كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Arab Latin: Allâhumma yâ dzal manni wa lâ yumannu ‘alaik, yâ dzal jalâli wal ikrâm, yâ dzat thawli wal in‘âm, lâ ilâha illâ anta zhahral lâjîn wa jâral mustajîrîn wa ma’manal khâ’ifîn. Allâhumma in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitâbi syaqiyyan aw mahrûman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullâhumma fî ummil kitâbi syaqâwatî wa hirmânî waqtitâra rizqî, waktubnî ‘indaka sa‘îdan marzûqan muwaffaqan lil khairât. Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal ‘alâ lisâni nabiyyikal mursal, “yamhullâhu mâ yasyâ’u wa yutsbitu, wa ‘indahû ummul kitâb” wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil ‘alamîn.

Artinya: “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.” (Kitab Maslakul Akyar, 78-80).



Komentar
Banner
Banner