bakabar.com, KANDANGAN – Dua hari tak pulang, keluarga Sukirman (54) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS) mulai cemas. Arianto (35) pun berinisiatif menyisiri rute di mana mertuanya kerap menjajakan es krim hingga ke kabupaten tetangga, Banjar.
Hingga akhirnya, Selasa 27 April, Ari mendapati kabar jika warga menemukan bekas darah di kawasan Dusun Trangkin, Desa Munggu Lahung, Paramasan, Kabupaten Banjar. Saat ditelusuri, jejak itu mengarah ke lereng gunung setempat.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Saat digali, warga menemukan Sukirman sudah terbujur kaku. Berbagai mata luka bekas senjata tajam dari bacokan hingga tusukan ditemukan. Dugaan pembunuhan pun mencuat.
Lantas, bagaimana sosok Sukirman di mata Arianto? Sukirman perantau asal Lampung ini dikenal sebagai ayah yang baik.
“Kami tidak menyangka bapak dirampok saat berjualan di Paramasan, beliau sangat jujur dan begitu polos,” ungkapnya kepada bakabar.com, Jumat (10/9).
Bahkan, Sukirman tak segan memberi es krim secara gratis kepada anak-anak yang tak mampu hingga ke kampung daerah di pegunungan.
“Jadi kadang-kadang sampai rumah es krim habis tetapi tidak mendapatkan keuntungan,” cerita Arianto.
Penduduk yang sering dikunjungi oleh Sukirman terutama di Kecamatan Loksado merasa sangat kehilangan. Pasalnya, Sukirman lebih sering berjualan di Loksado ketimbang daerah lain.
“Karena waktu itu bulan Ramadan, jadi bapak berjualan ke daerah lain,” jelasnya.
Pasca-menghilang, orang tua salah seorang anak yang sering berlangganan sempat mengunjungi tempat tinggal Arianto.
“Ke mana bapak itu kok tidak ke Loksado lagi, biasanya setiap hari lewat katanya,” ujar orang itu seperti ditirukan Arianto. Di Paramasan, Sukirman tercatat baru dua kali berjualan. Untuk diketahui, waktu tempuh Paramasan dengan Kandangan berkisar tiga jam lamanya.
Arianto hakulyakin jika J (20), JA (15), dan ARD (14) hanya berniat merampok barang dagangan atau uang, tentu Sukirman akan memberi.
“Kalau saja bapak hanya dihadang atau istilahnya senjata tajam hanya untuk sekadar menakuti, insya Allah hartanya bakal diserahkan semua,” ujarnya.
Namun nasib berkata lain. Sore itu, Sukirman yang berjualan di Dusun Trangkin berpapasan dengan ketiganya. Belum jauh berjalan, J tiba-tiba membacok punggungnya dari belakang. Sambil terluka parah, korban yang terkena sabetan sajam mencoba memacu kendaraan semampunya.
Tampak, JA dan ARD mengambil sepeda motor. Keduanya menyalip sepeda motor Sukirman yang membawa rombong es. Kalah cepat, JA dan AR mengadang Sukirman di atas jembatan. Walhasil, pria 54 tahun ini jadi bulan-bulanan ketiganya.
“Pelaku mengejar, tanpa banyak bicara langsung kembali membacok dan mengeksekusi,” terang Arianto mengutip keterangan polisi.
Namun siapa sangka, sehari sebelum peristiwa nahas itu, Sukirman dan ketiga pelaku ternyata sempat menawarinya es krim gratis.
“Ding [adik], kalau ke Kandangan pian [kamu] mampirlah ke rumah. Nanti makan sepuasnya gratis, nanti mampir ya,” ucap Sukirman dari mulut pelaku.
Arianto merantau dari Pulau Sumatera ke Kalimantan Selatan. Sejak 2010 bersama sang istri bernama Sofiatul Umi (30). Umi anak daripada Sukirman.
Lima tahun kemudian, mendiang Sukirman yang juga dari Sumatera mengikuti anaknya dan ikut membantu mencari rezeki dengan berjualan es krim.
Jika teringat sosok mertuanya ini, Arianto amat menyesalkan kepergian Sukirman. Terlebih dengan cara setragis itu.
“Keluarga sudah ikhlas, tetapi kami berharap pelaku bisa dihukum sesuai perbuatannya,” harapnya.
Demi Ngudud
Kronologi Terungkapnya 3 Bocah Banjar Bunuh-Rampok Paman Es Kandangan
Ada sederet fakta baru di balik pembunuhan Sukirman. Uang yang digunakan usai menghabisi Sukriman rupanya digunakan para pelaku untuk berbelanja makanan.
"Jadi uang hasil rampokan itu digunakan untuk belanja, makan-makan dan ngudud (merokok)," ujar Kanit Opsnal Jatanras, Ditreskrimum, Polda Kalsel, AKP Endris Ary Dinindra kepada bakabar.com, Kamis (9/9) malam.
Ketiga pelaku berinisial J (20), JA (15), dan ARD (14). Keduanya masih berstatus pelajar. Hanya JA yang telah putus sekolah. Sehari-hari mereka bertiga tinggal di sebuah dusun di Kecamatan Paramasan, Kabupaten Banjar. Orang tua mereka hidup sebagai petani. Di dusun inilah biasa Sukirman menjajakan es krim keliling.
“Mereka bertiga berteman, tidak ada hubungan saudara,” ujar Endris.
Sukirman tumbang dengan sekujur luka tebasan. Paling fatal mengenai dada kirinya. Usai membunuh, ketiganya lalu membuang motor dan kotak es milik Sukirman. Jasadnya dikubur di sebuah hutan di kawasan setempat. Ironisnya, aksi ini diketahui oleh orang tua ARD dan J.
"Kami tangkap kedua orang tua mereka, karena ikut membantu menguburkan Sukirman usai dibunuh," ujar Endris.
Dari hasil pembunuhan itu, ketiganya mendapat Rp750 ribu (sebelumnya ditulis Rp250 ribu) uang hasil jualan Sukirman. Uang itu dibagi rata Rp250 ribu.
Polisi menduga kuat ketiganya juga terlibat dalam aksi serupa di sejumlah daerah lain. Untuk pastinya, Satreskrim Polres Banjar masih melakukan pendalaman.
Lima bulan buron, para pelaku akhirnya ditangkap tanpa perlawanan, Senin (20/9) dini hari. Endris mengatakan kendala pengungkapan kasus ini adalah minimnya warga sekitar memberikan kesaksian.
“Hingga akhirnya ada warga yang mau melapor ke kami setelah curiga dengan gerak-gerik anak-anak ini setelah terjadinya pembunuhan Sukirman,” jelasnya. (*)
Dilengkapi oleh Al-Madani