LIFESTYLE

Dari 'The Glory', Pahami Luka Batin yang Tak Bisa Pergi

Menurutnya dari drama The Glory, penonton diajak memahami jika luka batin korban perundungan tidak pernah hilang sepanjang hidupnya. 

Featured-Image
Song Hye Kyo , Pemeran The Glory. Foto-net

bakabar.com, JAKARTA - Drama yang dibintangi oleh Song Hye Kyo itu berhasil menyedot perhatian banyak penggemar. Sejak dirilis pada 30 Desember 2022, drama original netflix ini mendapat rating nomor satu dalam chart drama pilihan.

Selain karena diperankan dengan sangat baik oleh Hye Kyo, drama yang ditulis oleh Kim Eun Sook itu punya banyak pesan tersembunyi. 

Mengusung tema besar bullying, siapa sangka jika beberapa adegan terinsirasi dari kejadian yang nyata. Hal ini diungkapkan Choi Woo Song, seorang komisaris sekolah di Korea Selatan dalam sebuah wawancara dengan MBC Radio News High Kick.

Dikisahkan, sang tokoh pernah menangani adegan tangan yang dibakar dengan catokan rambut dalam kasus kekerasan sekolah di Gyeonggi Suwon.

Berdasarkan cerita Choi Woo Song, ada sekelompok siswa sekolah menengah yang dipimpin oleh Kim (15) menyerang A (14) selama 20 hari.

Pelbagai media di Korea Selatan tak henti meliput kisah korban yang dipukuli dengan tongkat baseball dan disundut dengan catokan rambut di bagian lengan dan dadanya.

"Korban saat itu menderita luka bakar yang parah dan tulang ekornya menonjol, sehingga membutuhkan 5 hingga 6 minggu rawat inap," katanya pada interview itu.

Menilik Kasus Perundungan di Dunia Nyata

Kasus perundungan tak hanya terjadi di Korea Selatan, Indonesia juga menghadapi kondisi yang serupa. Tak sedikit video perundungan bahkan sengaja disebar oleh pelaku, untuk mempertontonkan tindak kejahatannya. 

Menanggapi hal tersebut, Nikken Mahendra, terapis sekaligus aktivis pemerhati anak-anak itu berbagi pandangan dengan apahabar.

Menurutnya dari drama The Glory, penonton diajak memahami jika luka batin korban perundungan tidak pernah hilang sepanjang hidupnya. 

“Kalau kita lihat dari drama itu, bullying bisa menghancurkan kehidupan korban dan pelaku, dan luka batin yang dialami korban tidak akan pernah hilang,” kata Nikken pada Sabtu (21/1).

Ia berpendapat, ada banyak faktor yang tidak pernah terlepas dari tragedi perundungan, dan semua itu telah digambarkan dengan apik dalam drama sekuel The Glory. 

“Dalam kasus bully, selalu ada lima hal yang tidak pernah terlepas, pertama pelaku, kedua assistant pelaku, kemudian korban, reinforcer atau orang-orang yang berusaha menolong tapi biasanya malah turut dijadikan korban, kalau di The Glory seperti perawat sekolah yang akhirnya di keluarkan, dan outsider orang-orang yang hanya melihat tanpa berbuat apapun,” jelasnya. 

Mengatasi Perundungan di Sekolah

Lebih lanjut, dalam kasus perundungan malfungsi sistem pendidikan dan lingkungan yang baik jadi faktor terbesar mengapa kasus serupa terus berulang.

“Kalau bicara soal perundungan, ada banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi, salah satunya sistem pendidikan di negara kita itu masih belum aman untuk anak-anak,” terangnya. 

“Kalau berkaca pada drama semua jajaran bahkan tidak bisa mengambil posisi untuk mengamankan korban, dan justru terjadi revictimisasi,” imbuh founder Neema Foundation itu. 

Perlu adanya revolusi dalam menangani perundungan. Instansi sekolah harusnya memiliki peran yang besar dalam menanggulangi hal ini, agar korban tidak lagi berjatuhan. 

Selain itu menurutnya, mencegah perundungan juga bisa dimulai dari meningkatkan self-esteem atau kepercayaan diri pada anak. “Setiap anak self esteem itu sangat perlu, karena semakin percaya diri semakin mampu untuk menghadapi,” ungkapnya.

Memberi ruang bagi anak untuk berbagi juga tak kalah penting, sebab kejujuran anak tidak boleh diragukan.

Rumah dan sekolah harus jadi ruang aman untuk anak-anak agar bisa tumbuh dengan baik. Ruang yang aman juga bisa membantu korban perundungan mengungkapkan kebenaran. 

“Membebaskan anak untuk berani berbicara, orang tua harus bisa mendengar, anak itu gak pernah bohong, apapun yg disampaikan kita harus percaya dulu. untuk mencari bukti kebenarannya, itu bisa kita lakukan nanti, korban bully bisa bicara saja itu sudah luar biasa,” tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner