bakabar.com, BANJARMASIN – Tak mudah mudah menjadi golongan minoritas. Inilah yang dikisahkan seorang transpuan bernama Princess Keket dalam podcast Baruchaw episode keempat.
Dipandu Pimpinan Umum bakabar.com, Budi Ismanto, Rabu (14/7), Princess Keket blak-blakan soal alasan di balik pilihan menjadi transpuan dan imbasnya.
“Ini merupakan pemberian Tuhan. Giving from God, bukan semacam penyakit menular,” ungkap Princess Keket tentang alasan memilih menjadi transpuan.
Princess Keket mengakui memutuskan menjadi transpuan ketika berusia 20 tahun dan bekerja di salah satu salon kecantikan di Banjarmasin.
Di salon tersebut, Princess Keket bertemu dengan beberapa sosok yang lebih dulu memilih menjadi transpuan.
“Apakah bekerja di salon membuat saya seperti sekarang? No. Sejak kecil aku sudah merasa sebagai seorang perempuan,” tegas Princess Keket.
Meski sudah menjadi pilihan hati, Princess Keket pun mulai menerima konsekuensi negatif pilihan menjadi transpuan.
Mulai dari dikucilkan keluarga dan lingkungan, kekerasan verbal, hingga kesulitan memperoleh lapangan pekerjaan.
Situasi inilah yang kemudian membuat banyak transpuan bekerja di salon maupun wedding make up. Inilah satu-satunya bidang pekerjaan yang bersedia menampung transpuan.
“Padahal banyak transpuan yang memiliki keahlian lain, karena telah mengikuti program pelatihan seperti menjahit,” papar Princess Keket.
“Bahkan di Alalak, ada transpuan yang menjadi pengrajin kapur dari kerang. Juga ada desainer pakaian nasional, pembawa acara hingga penyanyi,” imbuhnya.
Pun Princess Keket tidak ingin terjebak dalam stigma buruk transpuan. Ia pun berusaha membuktikan diri melalui partisipasi di ajang Miss Queen Indonesia.
“Ajang ini sama seperti Miss Indonesia. Tidak hanya kecantikan, banyak yang diperlombakan dalam ajang ini,” jelas Princess Keket.
“Target saya tidak muluk-muluk. Saya hanya ingin menang, meski semua kontestan hebat-hebat. Salah satunya keponakan Ashanti (Millen Cyrus),” tandasnya.
