Nasional

Cerita WNI Dapat Golden Tiket Berhaji, Air Mata Terus Berlinang Saat Tawaf

apahabar.com, SAUDI – Sungguh sangat beruntung bagi warga negara Indonsia (WNI) yang dapat berhaji di tengah…

Featured-Image
Suasana jemaah haji saat tawaf di Masjidil Haram tahun ini. Foto-net

bakabar.com, SAUDI – Sungguh sangat beruntung bagi warga negara Indonsia (WNI) yang dapat berhaji di tengah pembatasan jemaah oleh pemerintah Arab Saudi akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, dari ribuan orang yang terpilih menjadi jamaah haji 2020, 14 orang di antaranya asal Indonesia.

Mereka adalah para mukimin yang tinggal di Riyadh, Madinah, Yanbu’, Makkah, Jeddah, dan Al Khobar.

Dua di antaranya Ata Yahra, dan Irma Tazkiyya yang terpilih menyebut pengalaman mereka sebagai ‘berkah dan panggilan Allah’.

Ata Yahra mengaku tak kuasa meneteskan air mata saat tawaf bahwa.

“Saya terpilih mengikuti haji khusus karena berkah Allah sebelum meninggalkan Saudi”.

WNI yang tinggal di Saudi ini akan selesai bertugas di negara kerajaan tersebut.

“Allah menyayangi saya, menyanyangi keluarga saya,” kata Ata berlinang sambil menyeka airmatanya saat melakukan tawafh pada Rabu (29/7) lalu.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, Arab Saudi melarang jemaah haji internasional di tengah pandemi Covid-19, dengan jumlah yang ikut tahun ini dibatasi hanya 10.000 orang, sementara tahun lalu sekitar 2,5 juta.

Dari 10.000 calon jemaah, 70% di antaranya adalah warga dari 160 negara yang bermukim di Saudi dan mereka perlu mendaftarkan diri secara online.

Mereka kemudian disaring oleh Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi.

Sementara 30% lainnya adalah warga Saudi sendiri dan diutamakan adalah tenaga kesehatan dan keamanan yang bekerja menangani pandemi Covid-19.

Jemaah yang mengikuti haji tahun ini menerapkan protokol kesehatan sangat ketat.

Menurut Haramain Sharifain, akun resmi yang melaporkan ibadah di Mekah dan Medinah.

Kasus positif virus corona di Arab Saudi tercatat sebesar lebih dari 270.000 dengan pasien meninggal hampir 3.000, salah satu negara dengan kasus tertinggi di Timur Tengah.

WNI lain yang terpilih adalah Irma Tazkiyya.

Seperti jemaah lainnya, ia mengikuti masa karantina empat hari di hotel di Mekah, yang ditetapkan oleh Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi.

Ia bersama dengan warga dari 160 negara yang terpilih melalui sistem pendaftaran daring.

“Saya sangat bersyukur banget, bisa diterima di haji tahun ini. Masya Allah, segala fasilitas, service selama karantina, bagus banget. Kita ditempatkan satu kamar satu orang, makanan selalu diantar, kalau butuh sesuatu tinggal telepon,” kata Irma melalui suaminya Afnan Firdaus.

“Ada tenaga medis di bawah yang stand-by bantu kita untuk masalah kesehatan. Tinggal telepon, tenaga medis akan datang. Masya Allah tabarakallah. Selama karantina di hotel, Alhamdulilah semua sangat memuaskan,” tambahnya.

Ia menambahkan mereka dibagi per 20 orang yang terdiri dari beberapa negara.

Arab Saudi mengumumkan mereka yang terpilih untuk mengikuti ibadah haji yang sangat terbatas ini pada 22 Juli lalu, tanpa ada penjelasan mengapa dipilih ataupun ditolak.

Menurut keterangan dari KBRI ada lagi seorang WNI yang terpilih untuk beribadah haji, seorang guru sekolah Indonesia di Riyadh.

Bagi Irma yang baru pertama kali ini melakukan ibadah haji saat diumumkan terpilih sempat “berlinang” karena sama sekali tidak mengira.

“Ini semua “berkah dan panggilan Allah SWT” pada saat pandemi virus corona,” kata Irma melalui suaminya Afnan.

Irma terus terang matanya berlinang menceritakan bahwa dirinya terpilih jadi calon haji tahun ini, sambil berharap sang suami mengizinkan untuk ikut dan membayar biaya yang dikenakan.

Namun Afnan sebenarnya dari awal sudah menginfokan kalau biayanya terlampau tinggi. “Saya tidak siap mengingat kondisi keuangan yang lagi timpang,” kata Afnan.

“Yang bikin lebih terharu lagi buat saya khususnya karena ternyata haji kali ini gratis, padahal dari awal sempat tersiar info bahwa kisaran biaya antara 7.000 riyal sampai 13.000 riyal (Rp27 juta sampai Rp50 juta), tergantung pada fasilitas yang dipilih,” tambah Afnan yang bekerja di Konsulat Jendral Indonesia di Jeddah.

“Dan ternyata tidak dipungut biaya apapun, bahkan tes swab pun tidak dipungut biaya.”

“Bisa terpilih atau tidak semua murni keberuntungan karena dari awal sudah diinfokan kalau haji tahun ini benar-benar terbatas dan diutamakan kepada tenaga medis dan tenaga keamanan di Saudi yang telah berjuang melawan Covid-19.”

“Jadi sebenarnya istri saya iseng-iseng saja untuk daftar, begitu juga kebanyakan orang karena menyadari presentasi terpilih begitu kecil,” tutupnya.

Afnan sendiri mengatakan tidak ikut mendaftar.

Protokol kesehatan bagi para jemaah terpilih ini adalah karantina empat hari di hotel, sebelum wukuf di Arafah, salah satu ritual ibadah, pada hari Kamis (30/07) dan tujuh hari karantina mandiri, setelah selesai haji.

Persiapan di Arafah sendiri, menurut akun Haramain Sharifain, yang melaporkan persiapan ibadah, “sudah selesai”.

“Tak ada penjelasan diterima atau ditolak”

Pendaftaran untuk ikut haji dari warga 160 negara yang tinggal di Arab Saudi dilakukan sampai batas waktu tanggal 10 Juli lalu dengan syarat utama, dalam kondisi sehat.

Namun Kementerian Umrah dan Haji tidak menjelaskan berapa banyak yang mendaftar serta tidak ada keterangan mengapa diterima ataupun ditolak.

Eko Hartono, Konsul Jendral Indonesia di Jeddah mengatakan dia dan sejumlah staf KJRI juga ikut mendaftar, namun tidak ada yang lolos.

“Kita pendaftar diberitahu diterima atau tidaknya. Namun di formulir tersebut hanya ditulis, mohon maaf, Anda tidak termasuk yang diizinkan untuk haji tahun ini. Tidak ada penjelasan kena ditolak. Ya kami tidak bisa apa-apa. Cari-cari informasi ke sana ke mari, juga tidak diperoleh jawaban,” kata Eko.

“Kita ikut daftar juga, termasuk pak dubes. Tidak ada yang lolos. Begitu juga dari perwkilan asing lainnya, bahkan staf teknis haji pun tidak lolos,” tambahnya.

Di tengah seleksi ini, Kementerian Dalam Negeri Saudi juga mengumumkan bahwa siapapun yang berada di seputar tempat ibadah, seperti di Mina, Muzdalifah dan Arafah, tanpa izin pada periode haji, akan dikenakan denda sebesar 10.000 riyal (Rp38 juta).

Besaran denda akan naik dua kali lipat bila kembali melakukan pelanggaran.

Kementerian Dalam Negeri Saudi juga menyatakan personel keamanan akan ditempatkan di jalan-jalan di sepanjang tempat ibadah untuk memastikan siapapun yang melanggar peraturan akan dicegat dan didenda.

Sementara itu, salah satu WNI yang beruntung itu adalah Endan Suwandana.

Pria asal Karawang, Jawa Barat itu adalah seorang cleaning service di sebuah klinik di Madinah.

“Alhamdulillah, saya baru 15 bulan di Madinah,” kata suami Siti Mariyah ini dikutip dari sindonews.com.

Endan menuturkan tidak menyangka bisa menjalankan ibadah haji meski belum terlalu lama tinggal di Arab Saudi.

Diakui pria berusia 30 tahun ini bahwa kepergiannya ke Tanah Suci diniatkan agar bisa melaksanakan Rukun Islam kelima tersebut.

“Kebetulan ada tetangga menawarkan, mengajak berangkat ke Arab Saudi. Dari dulu saya memang berniat bekerja di sini untuk bisa melaksanakan Rukun Islam kelima,” tutur Endan yang sebelumnya bekerja di bidang percetakan di Purwakarta, Jawa Barat.

Menurut Endan yang telah memiliki putri bernama Siti Rabiatul Adawiyah ini, awalnya dia tidak terlalu paham cara mendaftar haji.

Setelah Pemerintah Arab Saudi memutuskan menggelar ibadah haji, dia lalu menghubung Kantor Urusan Haji (KUH) Indonesia di Jeddah.

“Saya hubungi Kementerian Haji Indonesia (KUH) mau ikut daftar haji. Lalu diberi link mendaftar haji sendiri. Jadi saya langsung daftar,” tandasnya.(bbc/snd)

img

Irma Tazkiyya, WNI yang dapat golden tiket berhaji di tengah pandemi Covid-19. Foto-bbc.com

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner