Cek Fakta

[CEK FAKTA] Hanya Ada 1 Orang yang Selamat dari Infeksi Rabies

Kejadian bocah di Bali kembali mengingatkan warganet dengan kisah seorang perempuan yang disebut-sebut menjadi satu-satunya penyintas rabies.

Featured-Image
Perempuan yang disebut-sebut menjadi satu-satunya penyintas infeksi rabies (Foto: Green Bay Press)

bakabar.com, JAKARTA – Jagat maya tengah dihebohkan dengan kasus seorang bocah di Buleleng, Bali, yang meninggal karena digigit anjing rabies. Sebelum mengembuskan napas terakhir, beredar video yang menunjukkan si bocah sudah berada di fase hidrofobia.

Momen itu sebagaimana dibagikan akun TikTok @kadeksusiani2481. Dalam video tersebut, tampak bocah yang terinfeksi rabies setelah digigit anjing ketakutan dan kejang-kejang saat diberikan air minum di rumah sakit.

Kejadian yang demikian pun menuai beragam respons dari warganet. Tak sedikit yang kembali teringat dengan kisah seorang perempuan yang disebut-sebut menjadi satu-satunya penyintas rabies.

Dalam sejarah Rabies.  Hanya 1 orang perempuan sahaja yang sembuh dengan penyakit Rabies ni. Sampai sekarang Saintis tak tahu macam mana dia boleh survive,” cuit seorang warganet dengan akun @sss***.

Hal serupa juga disampaikan akun @hub*** yang menulis “[...] setauku, ada 1 org yg bisa sembuh dari rabies yang udh stage akhir gitu. dengan cara dia dibikin koma, dan akhirnya selamat.”

Lantas, benarkah hanya ada satu orang saja yang selamat dari infeksi rabies? Juga, benarkah dirinya selamat dengan cara dibuat koma?

Penelusuran Fakta

Berdasarkan penelusuran bakabar.com,  sosok yang dimaksud dalam cuitan tersebut adalah Jeanna Giese-Frassetto. Wanita asal Amerika Serikat itu menjadi orang pertama yang selamat dari infeksi rabies tanpa menerima vaksin sebelumnya. 

Penanganan yang dia terima pun, boleh dibilang, tidak begitu cepat. Dirinya pertama kali digigit kelelawar pada 12 September 2004. Selang tiga minggu berlalu, Giese baru dilarikan ke rumah sakit anak di Wisconsin.

Saat itulah, Giese baru mengetahui kalau dirinya terjangkit rabies.  Dokter mengatakan kondisi remaja yang ketika itu berusia 15 tahun sudah ‘terlambat’ untuk diberikan vaksin anti-rabies, di mana telah menunjukkan gejala sakit kepala, pandangan buram, serta muntah-muntah.

Kendati begitu, para dokter tak tinggal diam. Mereka melakukan eksperimen perawatan dengan ‘mematikan otak sementara’ guna memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh supaya bisa membangun antibodi melawan virus penyebab rabies.

Perawatan eksperimental itu melibatkan campuran obat-obatan yang membuat pasien koma. Metode ini kemudian dikenal dengan istilah Milwaukee Protocol. Giese pun dinyatakan bebas virus rabies usai 75 hari mendapat perawatan.

Namun, Giese bukanlah satu-satunya orang yang selamat dari rabies. Children's Wisconsin, tempat di mana Giese dirawat, mencatat Milwaukee Protocol sukses menyelamatkan nyawa 10 orang lainnya.

“Milwaukee Protocol telah digunakan untuk menyelamatkan 10 nyawa lainnya: dua di Amerika Serikat, empat di Peru, dan masing-masing satu di Kolombia, Brazil, Chili, serta Qatar,” begitu laporan dalam laman resminya, dikutip Senin (19/6).

Seiring berjalannya waktu, jumlah pasien yang selamat dari infeksi rabies pun meningkat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Human Rabies: a 2016 Update (2016), di mana merawikan ada 19 orang yang sembuh dari periode 1970 hingga 2016.

Kesimpulan: Klaim yang mengatakan hanya ada satu orang yang selamat dari rabies adalah keliru. Giese sendiri menjadi orang pertama yang selamat dari infeksi tersebut, diikuti oleh 19 orang lainnya hingga kurun 2016.

Editor


Komentar
Banner
Banner