bakabar.com, JAKARTA - Tepat hari ini, 22 Juni 2023, Jakarta merayakan hari jadi yang ke-496. Penetapan ulang tahun ibu kota Indonesia itu berdasarkan terjadinya penaklukan Sunda Kelapa oleh pasukan Fatahillah.
Jauh sebelum peristiwa itu, Jakarta sedianya adalah kawasan pelabuhan, bernama Sunda Kelapa. Ini merupakan pelabuhan yang paling vital ketimbang di pesisir utara Jawa lainnya.
Segala jenis komoditas – lada, beras, asam, sayuran, aneka buah, bahkan olahan daging dan ternak – diperjualbelikan di sana. Kemasyhuran inilah yang lantas memicu ‘benih keserakahan’ Portugis untuk menguasai Sunda Kelapa.
Niat terselubung Portugis itu pun terendus oleh Kesultanan Demak. Hingga akhirnya, pada 22 Juni 1527, pasukan di bawah pimpinan Fatahillah merebut wilayah Sunda Kelapa, lalu mengubah namanya menjadi Jayakarta.
Hampir lima abad lamanya, Jakarta menjadi rumah bagi jutaan warga. Namun, Hasan Djafar menilai kota ini sudah eksis, jauh lebih lama dari umurnya. Menurut dia, kehidupan di Jakarta telah berdenyut sedari tahun 3000 SM.
Bukan omong kosong belaka, dugaan itu berdasarkan penemuan artefak di beberapa wilayah. Salah satunya di Condet, yang mengindikasikan kehidupan dimulai pada fase bercocok tanam, lalu perundagian sejak 3000 SM - 1000 SM.
“Memang agak terlambat dibanding daerah lain di pantai utara Jawa yang memulai (kehidupan) sejak 6000 SM. Tetapi, itu karena terjadinya kipas aluvial sebagai pembentuk Kota Jakarta baru ada sejak 5000 SM,” ujar Djafar dalam diskusi Orang Betawi dan Condet pada 2016 lalu.
Penemuan yang demikian sebagaimana dia tuangkan dalam Seminar Jakarta dalam Perspektif Sejarah (1987). Dalam sebuah ekskavasi penelitian, Djafar menemukan bekas hunian manusia prasejarah di tiga situs dekat Sungai Ciliwung: Pejaten, Kampung Kramat, dan Condet.
Adapun artefak yang dimaksud, meliputi pecahan gerabah berhias dan tak berhias, pecahan beliung persegi, pecahan cetakan, serpihan batu, batu fosil, terakota, serta sebuah alat besi berbentuk parang.
Selain itu, ditemukan pula fosil di situs sepanjang Sungai Ciliwung. Temuan ini mengindikasikan kalau nenek moyang orang Betawi berasal dari ras Mongoloid. Ras inilah, menurut Djafar, yang membangun hubungan dengan Kerajaan Tarumanegara.
Kesimpulan: Jakarta boleh jadi baru menginjak usia 496 tahun. Namun, kehidupan di kota ini disinyalir sudah eksis sejak 3000 SM.
Untuk itu, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai sejarah Jakarta yang membentang sedari zaman prasejarah. Mengingat, bisa jadi belum semua bukti sejarah ihwal asal-usul Jakarta diteliti serta terekspos.