Info Kesehatan

Cegah Stunting dengan Menjaga Seribu Hari Pertama Kehidupan

Kasus stunting merupakan salah satu persoalan serius di Indonesia. Meski jumlahnya melandai jadi 21,6 persen per 2022

Featured-Image
SeminarPentingnya Protein untuk Cegah Stunting yang digelar PT Kalbe Farma Tbk, Rabu, (25/1). Foto: apahabar.com/ Nurisma.

bakabar.com, JAKARTA - Kasus stunting merupakan salah satu persoalan serius di Indonesia. Meski jumlahnya melandai jadi 21,6 persen per 2022, ini masih berada di atas standar yang ditetapkan WHO, yaitu 20 persen.

Stunting sendiri merupakan kegagalan tumbuh kembang seorang anak akibat asupan nutrisi yang tidak memadai. Penderita gangguan ini lazimnya memiliki tinggi badan kurang dari standar deviasi yang seragam menurut WHO. 

"Bukan berarti semua anak bertubuh pendek mengalami stunting. Gangguan ini juga dicirikan dengan tubuh kurus, mudah sakit, bahkan pikirannya sulit menangkap sesuatu," jelas Dokter Gizi, Marya Haryono, dalam acara Pentingnya Protein untuk Cegah Stunting yang digelar PT Kalbe Farma Tbk, Rabu, (25/1).

Marya menegaskan penyebab utama stunting adalah kekurangan asupan nutrisi. Asupan itu bukan cuma yang dicerna langsung oleh anak, melainkan juga dari makanan yang dikonsumsi ibu semasa hamil dan menyusui.

Sebab itu, sambung Marya, seorang ibu mesti menjaga 'seribu hari kehidupan' buah hatinya. Ini berarti, sejak masa mengandung, menyusui, sampai anak berusia dua tahun, sang ibu harus mencukupi nutrisinya.

"Asupan itu penting untuk ibu hamil, harus mengandung unsur nutrisi yg adekuat dan seimbang. Apa yang tubuh perlukan, itulah yang harus dikonsumsi," ujarnya.

Utamakan Konsumsi Protein Hewani

Salah satu asupan yang berperan penting menjaga tumbuh kembang anak adalah protein. Itu pun terbagi lagi menjadi dua macam, yakni hewani dan nabati. 

Marya menjelaskan protein hewani adalah asupan yang bersumber dari hewan, seperti daging, telur, dan susu. Sedangkan, protein nabati berasal dari tumbuhan, semisal kacang kedelai.

Sebenarnya, kedua protein tersebut sama baiknya untuk tubuh. Namun, menurut dia, protein hewani sebaiknya lebih diutamakan karena mengandung asam amino esensial.

"Protein hewani ini menyumbangkan asam amino yang esensial, artinya harus datang dari luar (tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh)," terang Marya.

Adapun protein nabati, sambung dia, lebih banyak mengandung asam amino nonesensial. Ini sejatinya juga terdapat asam amino esensial, namun jumlahnya tak sebanyak protein hewani.

Selain itu, protein hewani lebih mudah dicerna tubuh. Meski demikian, bukan berarti protein nabati tidak memiliki keunggulan sama sekali untuk tubuh.

"Untuk protein nabati sendiri, keunggulannya kadar kolesterolnya rendah. Kandungan seratnya juga tinggi," beber Marya.

Terlepas dari jenis yang dikonsumsi, rupanya ada cara tertentu untuk mengolah makanan yang mengandung protein. Yakni, tidak boleh dimasak terlalu lama dengan api yang terlalu panas.

Sebab, protein mudah rusak bila terkena panas. Kalau pun dimasak dengan panas terlalu tinggi secara terus menerus, maka bisa merusak protein itu sendiri.

Editor


Komentar
Banner
Banner