bakabar.com, PALANGKA RAYA â Dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah (Kalteng), 4 di antaranya sudah melakukan rafid test massal.
Masing-masing Kota Palangka Raya, Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat.
Selama pelaksanaan itu, Wakil Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kalteng dr Suyuti Syamsul mengungkapkan, sebanyak 20 ribu alat rapid test disiapkan.
Enam ribu di antara berasal dari pemerintah provinsi, sementara sisanya milik kabupaten/kota.
“(Namun) Sudah ada tiga ribu, yang dipakai rapid test massal beberapa hari terakhir. Sisanya on progress, karena memang membelinya bertahap sesuai kebutuhan. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp1,2 miliyar,” kata Suyuti kepada bakabar.com, Senin (8/6).
Pelaksanaan rapid test massal dilakukan di seluruh klaster yang rentan menularkan Corona virus desiase (Covid-19).
Seperti kluster pasar dan seluruh tempat yang berpotensi menyebarkan virus corona.
Selama pemeriksaan Suyuti menjelaskan, semua pihak bersinergi.
Mulai dari pemerintah provinsi bersama Polda dan Korem bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota.
Kerjasama ini menurutnya diharapkan dapat memberikan hasil bagus dalam upaya menekan kasus meningkatnya Covid-19 di Kalteng.
Diakuinya, rapid tes tidak otomatis untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, namun lanjut Suyuti, setidaknya bisa diandalkan untuk pemetaan.
Sehingga, terangnya, jika hasil rapid test ada yang reaktif akan dilanjutkan dengan pemeriksaan swab.
Awalnya, lanjut Kepala Dinas Kesehatan ini, mau dilakukan tes swab langsung.
Namun itu tidak mudah. Sebab, ungkap Suyuti, pengambilan swab dilakukan di tempat terutup.
Sebab, jika di tempat terbuka, dikhawatirkan lendir tenggorokan yang jadi sampel, malah akan menyebar ke mana-mana.
Berbeda jika ada mobil khusus tes swab, lanjut Suyuti, seperti yang dimiliki DKI Jakarta, sehingga bisa dilakukan di tempat mana saja.
Tapi alat PCR di Kalteng terbatas. Selama ini hanya mengandalkan RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan tes swab secara massal.
Sebenarnya, beber Suyuti di kabupaten/kota juga telah didorong punya alat PCR.
Tapi tidak hanya PCR, laboratorium juga harus disiapkan minimal biosecurity level 2.
“Jika dilakukan PCR massal, tidak bisa menyelesaikan masalah, akan numpuk. Sementara ada batas penyimpanan. Kalau terlalu lama disimpan, lisis tidak bisa digunakan, sehingga mengambil jalan tengah, rapid tes dulu, yang reaktif lalu diswab,” ujarnya.
Ditambahkan Suyuti, untuk penanganan Covid-19, khusus pada tahap pertama Dinas Kesehatan Kalteng telah mengajukan anggaran Rp13,5 miliar.
Kini, dana yang tersisa Rp4 miliar. Sedangkan tahap kedua, pihaknya, terang Suyuti akan kembali mengajukan nilai yang sama.
“Sisa anggaran tahap pertama masih ada. Jadi kami maksimalkan dengan menggunakan sisa yang ada. Ini tidak termasuk di Doris ya, karena BTT di sana mereka kelola sendiri,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin