bakabar.com, JAKARTA - Catastrophizing, pola pikir yang terfokus pada hal terburuk. Bahkan menganggapnya akan berakhir bencana.
Memikirkan hal buruk terkadang wajar terjadi. Namun jika selalu memikirkan kemungkinan terburuk dan melebih-lebihkannya, mungkin Anda seorang catastrophizing. Kenali cara mengatasi gejala ini untuk meringankan kepala.
Seseorang dengan pola pikir ini akan selalu terfokus pada akhir yang buruk, terkadang berpengaruh dalam aktivitas keseharian.
Hal ini merupakan distorsi kognitif dalam berpikir seseorang, bukan kondisi kesehatan mental.
Penyebab Pemikiran Catastrophizing
Melansir Psych Central pada Selasa (3/10), sebuah riset yang dilakukan Lindsay C. Gibson ditemukan bahwa pola pikir ini berisiko terhadap gangguan stres, kecemasan, depresi, hingga penyakit kronis.
Baca Juga: Kunci Hubungan Sehat: Jaga Kesehatan Mental Diri Sendiri
Masih belum diketahui penyebab pasti dari distorsi ini, namun beberapa penyebab seperti keluarga, trauma, hingga kelelahan atau sebuah penyakit dapat menjadi pemicu.
Beberapa tanda mereka yang mengalami catastrophizing sebenarnya mudah dilihat. Misalnya, selalu pesimis, kepala yang selalu berisik, dipenuhi oleh pemikiran negatif, dan mengalami kewalahan dalam menjalani aktivitas.
Mereka yang mengalami pola pikir ini merasa tidak layak untuk mendapatkan hal-hal baik. Pada akhirnya hanya fokus pada hal-hal negatif.
Sebuah penelitian tahun 2010 menunjukkan bahwa orang dengan pola pikir ini mengalami perubahan pada respons hipofisis dan hipotalamus. Dampaknya, area otak yang mencatat emosi yang terkait dengan rasa sakit mengalami peningkatan aktivitas.
Cara Menghentikan Pola Pikir Bencana Ini
Mempraktikkan pola pikir yang positif seperti Mindfulness efektif dalam mengatasi catastrophizing. Sehingga membuat pola pemikiran yang terbuka dan membantu mengurangi overthinking yang dialaminya.
Baca Juga: Makan Bersama Keluarga, Terasa Sepele Padahal Baik untuk Kesehatan Mental
Memiliki lingkaran pertemanan yang positif juga membantu Anda mengurangi pemikiran bencana ini, dengan berbicara dengan mereka akan mendapatkan dorongan moral.
Jika hal tersebut belum mampu untuk mengurangi pemikiran negatif, Anda dapat melakukan terapi dengan para ahli melalui Terapi perilaku kognitif (CBT) dan lainnya, guna mendapatkan penanganan lebih lanjut dan mengurangi risiko.