bakabar.com, BANJARBARU – Cakupan vaksinasi kategori lanjut usia atau lansia di Kota Banjarbaru tertinggi se-Kalsel dengan persentase 32,60 persen.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rizana Mirza.
Rizana bilang berdasarkan data yang bersumber dari situs Kemkes hingga Jumat (22/10) pukul 06.00 WIB tadi sudah mencapai 32,60 persen untuk dosis pertama. Sementara dosis kedua mengikuti di angka 23,61 persen.
Diterangkannya, target vaksinasi lansia Kota Banjarbaru adalah 13.639 orang, dari target tersebut untuk dosis pertama sudah tercapai 32 persen atau setara dengan 4.404 orang. Dan dosis kedua sebanyak 3.165 orang.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Kalsel. Banjarbaru sebut Rizana memang tertinggi, bahkan mampu melampaui kota tetangga yakni Banjarmasin yang persentase cakupannya 28,03 persen per pagi tadi menurut situs yang sama.
“Alhamdulillah cakupan kita bagus, untuk provinsi sendiri menurut data cakupannya sudah 15 persen sedangkan Indonesia cakupannya 36 persen,” rincinya.
Dari pusat sendiri sebut Rizana menargetkan tiap-tiap daerah bisa mencapai 40 persen untuk kalangan lansia.
“Karena sebetulnya vaksinasi lansia ini sangat penting, sebab mereka adalah kelompok dengan risiko sangat tinggi,” ungkapnya.
Karena, lanjutnya jika dilihat dari data yang ia kantongi, banyak korban meninggal akibat Covid-19 adalah lansia yang sangat dipengaruhi komorbit atau penyakit penyertanya.
Meski jadi yang tertinggi, masalah klasik vaksinasi lansia kata Rizana tak dapat dipungkiri. Misalnya yang kerap ia dapati adalah minimnya peran anggota keluarga dari lansia yang membantu proses vaksinasi lansia.
“Kalangan lansia ini kan mereka kadang kesulitan ke lokasi vaksin, nah harapan kita anggota keluarganya atau ketua RT setempat bisa mengantar. Ini cukup masih jadi kendala kita di lapangan, karena kita juga tidak memungkinkan mendatangi satu per satu,” katanya.
Selain Rizana juga menyebut perbedaan sudut pandang ihwal vaksinasi bagi lansia masih ditemui.
“Masih ada juga lansia yang bisa dikatakan anti divaksin karena berbagai alasan dan hal,” bebernya.
Melihat situasi ini, Rizana kembali berharap agar pihak keluarga bisa memberikan edukasi dan pandangan. Termasuk menurutnya ada peran dari lembaga atau instansi terkait untuk mengatasi kendala ini.
“Pendekatan yang bisa dilakukan, salah satu yang utamanya adalah terkait status vaksinasi ini yang sudah dinyatakan halal oleh MUI, nah ini perlu disosialisasikan,” tutupnya.