bakabar.com, MARTAPURA - Di tengah padatnya kehidupan perkotaan dan kian terbatasnya lahan, Ahmad Royani, pria asal Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar menemukan cara kreatif untuk menyalurkan hobi yang juga menjadi sumber pendapatan ekonomi bagi keluarganya.
Dia menyulap pekarangan rumahnya yang hanya berukuran 5x8 meter menjadi sebuah kebun mini untuk menanam sayuran dengan menggunakan sistem hidroponik yang unik, yaitu rakit apung.
Berbeda dengan sistem hidroponik konvensional yang umumnya menggunakan pipa paralon, Ahmad memilih metode rakit apung yang lebih mengandalkan styrofoam sebagai media utama untuk menumbuhkan sayuran.
Dengan metode ini, ia bisa menampung sekitar 500 sampai 600 lubang tanam di pekarangan rumahnya di Desa Pemakuan Laut, Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.
Meskipun mengakui bahwa menjalankan sistem rakit apung membutuhkan kesabaran dan ketekunan, Ahmad percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk bercocok tanam meski dengan halaman yang terbatas.
"Tapi bukan tak mungkin orang tidak bisa bercocok tanam," ujar Royani.
Pria 28 tahun itu sendiri memang hobi berkebun sejak lama. Namun, ia baru kepikiran untuk berbudidaya sayuran dengan metode hidroponik pada beberapa bulan terakhir.
Bagi dia, bercocok tanam dengan sistem hidroponik lebih bersih dan efisien ketimbang metode konvensional.
"Lebih mudah perawatannya dan tidak perlu kotor-kotoran," bebernya.
Meskipun rakit apung belum begitu populer dibandingkan hidroponik paralon, Ahmad yakin bahwa metode ini memiliki beberapa kelebihan, seperti minimnya risiko dan kemampuan sayuran untuk bertahan saat listrik mati mendadak.
Selain itu, perawatan untuk sayuran juga mudah dan dilakukan secara alami. Tanpa bergantung dengan pemberian tambahan nutrisi tanaman.
Pembuatan instalasi rakit apung sendiri cukup sederhana. Hanya bermodal wadah atau bak dengan luas yang disesuaikan ukuran pekarangan rumah.
"Pelengkap aerator sebagai oksigen tanaman, serta alumunium foil pelapis styrofoam agar tidak mudah berlumut," tuturnya.
Kendati demikian, bukan berarti hidroponik rakit apung tidak punya kekurangan: seperti rentan terhadap suhu panas dan pembusukan akar karena tergenang air.
Untuk mengatasi masalah ini, dia sering mengontrol tanaman dan memasang perlindungan di bagian atap untuk mengurangi dampak suhu panas.
Dengan kesabaran dan pemahaman yang tepat, ia berhasil menciptakan kebun mini yang efisien dan bersih di pekarangan rumahnya, membuktikan bahwa bercocok tanam dengan sistem hidroponik bukanlah hal yang mustahil, bahkan dengan lahan yang terbatas.