bakabar.com, TANJUNG – Kalimantan Selatan memang terkenal banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka yang kemasyhurannya tak hanya terkenal di Tanah Air saja, tetapi juga di level dunia. Tak heran Banua dipandang sebagai daerah yang religius.
Di Kabupaten Tabalong, terdapat satu ulama muda yang menjadi imam besar masjid di tiga negara:
Masjid Ar Rahman, Mesir, Masjid Alice Spring, Sidney, Australia, dan Masjid Jenewa, Swiss.
Baru-baru ini, ulama berusia 33 tahun itu menyempatkan pulang ke Indonesia untuk menjenguk keluarganya sekaligus mengisi kegiatan di Majelis Taklim Nurul Anwar Kambitin, asuhan Ustaz Fahmi Anshari.
“Kalau di Pugaan cari aja yang namanya Amat. Beliau pemain bulu tangkis di Desa Pugaan. Nah, Amat itu ayah saya,” ungkap Syekh Syamsul Fajeri, Sabtu (6/11) malam.
Di Tabalong, Syekh Syamsul Fajeri tidak sendiri. Dia datang bersama Syekh Asal Syu’bah Al Banjari yang juga seorang hafidz Qur’an dan menjadi imam masjid di Mekkah.
Bedanya, Syekh Asal Syu’bah lahir dan besar di Saudi Arabia, tapi berdarah Kandangan.
Syekh Syu’bah merupakan guru Al-Qur’an di Masjid Asyur Bukhari Mekkah. Ia juga menjadi imam besar di Masjid Arab Saudi, yaitu di Masjid Al Bashawiri, Masjid Bin Laden, Masjid Ar Ridha dan Masjid Birrul Walidain.
Saat mengisi kajian di Majelis Nurul Anwar Kambitin, kedua Syekh ini lebih banyak menggunakan bahasa Banjar. Pun begitu saat menjawab beberapa pertanyaan jemaah tentang tips menjadi penghafal Qur’an.
Menurut Syekh Asal Syu’bah, menghafal Qur’an itu mudah, karena Allah sudah menjanjikan.
“Allah sudah janjikan, menghafal Qur’an itu mudah. Inilah kata kuncinya. Ketika Allah sudah menyampaikan kemudahan tersebut, maka kunci kedua adalah siapa yang mau? Orang yang mau dan selalu menjaga semangatnya dalam menghafal Qur’an maka akan hafal,” jelasnya.
Kedua syekh itu juga memecahkan kegundahan dari salah seorang hakim MTQ, Ustadz Fajarudin, terkait hukum bacaan yang terkait makhrajul huruf dan sifatul huruf.
Pengajian di Majelis Taklim Nurul Kambitin yang digelar saban bulan di setiap Minggu pertama itu dipenuhi jemaah.
“Saat ini kita gelar sebulan sekali. Walaupun ada beberapa permintaan warga yang mengusulkan sebulan dua kali, itu akan jadi pertimbangan kami,” Jelas Ketua Yayasan Sayangi Sesama Tabalong didampingi Direktur Majelis, Muhammad Rus’an.
Menurutnya tidak menutup kemungkinan akan dilakukan sebulan dua kali, sambil berjalan dulu sambil melihat kebutuhan dan animo jamaah.