Hal itu kemungkinan karena lokasi penyelenggaraan kegiatan bazar Ramadhan saat ini cukup banyak dan tersebar di berbagai wilayah Banyumas, sehingga memecah pasar.
Selain itu, daya beli masyarakat pada momentum Lebaran 2023 tidak sebesar saat Lebaran 2022 yang masih dalam suasana pandemi COVID-19.
Baca Juga: Jual 'Tokpoki' hingga Soto Betawi, UMKM Rest Area Km 45 Untung Besar
Hal ini bisa jadi karena setelah lama terkungkung pandemi, maka begitu ada momentum Lebaran yang cukup longgar, akhirnya masyarakat "haus" untuk beraktivitas di luar, sehingga pengeluarannya lebih besar untuk aktivitas tersebut ketimbang untuk belanja kuliner.
Oleh karena itu, kenaikan omzet pelaku UMKM bidang kuliner pada momentum Ramadhan dan Lebaran 2023 tidak signifikan meskipun di atas 50 persen.
Kendati demikian, Pujianto mengakui untuk UMKM yang bergerak di bidang konveksi seperti yang dia geluti selama ini masih bisa meraih pendapatan maksimal.
"Alhamdulillah, permintaan kaos khas Banyumas di tempat saya meningkat hingga 100 persen," kata pengusaha kaos khas Banyumas "Kaos Ngapak" itu.
Pertumbuhan ekonomi
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto, Rony Hartawan, mengatakan secara umum dampak momentum Ramadhan dan Lebaran mendorong pertumbuhan ekonomi 0,14-0,25 persen lebih tinggi dibandingkan hari biasa pada triwulan yang sama.
Hal itu berdasarkan asumsi Center of Reform on Economics sebelum Lebaran, meskipunpihaknya belum bisa mengecek seperti apa data pascalebaran.
Data sebelum Lebaran terdapat beberapa kelompok barang yang mengalami peningkatan penjualan pada momentum Ramadhan dan Lebaran, terutama pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Purwokerto, rata-rata peningkatan penjualan di kelompok tersebut pada bulan Ramadhan dalam kurun dua tahun terakhir mencapai kisaran 60 persen atau tertinggi sepanjang tahun.
Baca Juga: Sandiaga Dorong UMKM Ciptakan Ekosistem Ekonomi Syariah
Selain itu, data SPE menunjukkan peningkatan kelompok Pakaian pada bulan Ramadhan dua tahun terakhir mencapai 95 persen. "Tapi laporan inflasi belum keluar," jelas Rony.
KPw BI Purwokerto bekerja sama dengan pemerintah kabupaten di wilayah eks Keresidenan Banyumas yang meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara melalui sejumlah program
Tujuannya untuk pengendalian inflasi daerah. Beberapa program yang dijalankan antara lain pembukaan warung Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Program tersebut merupakan hasil sinergi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dan TPID Kabupaten Banyumas dalam rangka menyediakan komoditas pangan murah.
Baca Juga: Posko THR Ditutup, Kemenaker Terima 2.369 Aduan
Selain itu, pelaksanaan operasi pasar khususnya terhadap komoditas beras yang dilaksanakan bersama Bulog, melakukan kerja sama antardaerah/antar-badan usaha milik daerah (BUMD) atau BUMP.
Operasi pasar dikhususkan untuk sejumlah produk volatile food. Caranya mengajak warga untuk mendayagunakan pekarangan rumah untuk mendorong produksi komoditas pangan, seperti aneka cabai.
Kemudian, pemanfaatan digital farming untuk peningkatan produksi sisi hulu, serta penguatan data informasi Sigaokmas (Sistem Informasi Harga Kebutuhan Pokok Masyarakat) milik Pemkab Banyumas agar dapat menampilkan informasi rantai pasok komoditas.
Datangnya Ramadhan yang diikuti dengan Hari Raya Idul Fitri tidak hanya mendorong adanya ritual tahunan mudik, tetapi momentum ini juga telah merangsang pergerakan sekaligus pertumbuhan ekonomi dalam spektrum yang luas, hingga ke pelosok daerah.