bakabar.com, BANJARMASIN – Pernyataan mengejutkan dilontarkan musisi legendaris Tanah Air, Iwan Fals.
Ia mengaku keturunan Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Pengakuan ini disampaikan Iwan Fals dalam sesi wawancara bersama eks Jurnalis Rolling Stone, Soleh Solihun.
Lantas media ini mencoba menelusuri silsilah pelantun tembang “Bento” itu di tanah Banjar.
Pertama-tama, media ini menanyakan langsung kepada salah seorang anggota Oi Banjarmasin, Wahyudi.
Ia pernah berkunjung ke kediaman Iwan Fals di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, 2018 silam.
Dalam pertemuan itu, Iwan Fals mengaku keturunan Banjarmasin.
Namun, Iwan Fals tak menyebutkan secara rinci.
Ia hanya bilang memiliki darah Banjar dari sang kakek.
“Saat itu saya tanyakan di Martapura ya bang? Beliau langsung menjawab iya saja,” kenang Wahyudi kepada bakabar.com, Senin (13/9).
Sumber lain, ungkap dia, memang benar Iwan Fals memiliki darah Banjarmasin dari sang kakek.
Dalam sumber itu disebutkan, ibunda Iwan Fals berdarah Solo.
Nenek Iwan Fals asli Sunda, sedangkan buyutnya (Ibu dari nenek Iwan Fals) keturunan Bali.
Nah! kakek Iwan Fals dari Ibu asli Banjarmasin.
Bahkan semasa hidup, sang kakek merupakan ulama terkemuka di Banjarmasin.
Konon, ada yang bilang Iwan Fals keturunan Arab dari sang kakek.
Sebelumnya, Iwan Fals mengaku keturunan Banjarmasin dalam sesi wawancara bersama eks Jurnalis Rolling Stone, Soleh Solihun.
Awalnya, Solihun membahas lagu teranyar Iwan Fals berjudul “Merah Putih”.
Menurut Solihun, tembang “Merah Putih” terdengar sangat sendu.
“Lagu Merah Putih itu sendu ya? Cinta terhadap bangsa, tetapi terdapat kesedihan di lagu ini,” komentar Solihun.
“Pertanyaannya kan Indonesia sedih enggak? Tapi bukan itu. Kalau soal kesedihan, ya sedih. Tetapi, apapun begonya lo Indonesia dan segala macam, aku tetap menyayangi lo. Saya sudah terlanjur menyanyikan Indonesia Raya sejak SD di depan kelas,” bahas Iwan Fals.
“Bukan cuma gue, lo juga menyanyikan lagu Indonesia Raya kan? Mengibarkan bendera 17 Agustus merasa bangga banget. Itu kan bukan cerita yang main-main,” sambung Iwan Fals.
Menanggapi itu, Solihun lantas membandingkan “Merah Putih” dengan “Bangunlah Putra Putri Pertiwi.
“Soalnya jika dibandingkan dengan Bangunlah Putra Putri Pertiwi, ada optimisme terhadap bangsa,” tegas Solihun.
Rupanya, Iwan Fals berpendapat lain. Seiring berjalannya waktu, kata Iwan, banyak orang yang meremehkan optimisme tersebut.
“Seiring berjalannya waktu, optimisme itu banyak yang meremehkan. Malu bahkan jadi orang Indonesia. Wah gue pergi ke luar negri ah! Jadi warga negara Indonesia begini, begitu, korupsi segala macam, malu gue,” sahut Iwan Fals.
“Ada yang bilang kecina-cinaan lo, kearab-araban lo, kebarat-baratan lo, keindiaan lo! Ya tapi kan kita semua keturunan Adam dan Hawa,” tambah Iwan Fals.
Namun, Iwan menegaskan, pernyataan yang berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) masih menjadi cerita serius masyarakat Indonesia.
“Masih ada saling meledek dan sebagainya. Misalnya saya kan campuran, ada Arab, China, Bali, Jawa, Sumatera, Sunda, Banjarmasin-Kalimantan,” beber Iwan Fals.
“Kalau istri saya ada Deli, Batak, Betawi, Jerman, Belanda, Kediri. Lo bayangin Cikal dan Raya. Tapi yang kita nyanyikan apa? Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku,” sambungnya.