bakabar.com, MARTAPURA – Usulan agar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau akrab disapa Datu Kelampayan bergelar Pahlawan Nasional, terus berlanjut.
Kini segala sesuatunya mulai dipersiapkan, termasuk foto ulama besar Kalimantan era Kesultanan Banjar tersebut.
Menurut keterangan ahlul bait atau keluarga Datu Kelampayan, melalui Ustadz H Abdul Daudi, foto yang disimpan keluarga memiliki sedikit perbedaan dengan yang beredar di pasaran.
Ustadz Daudi mengungkapkan foto Datu Kelampayan yang disimpan keluarga didapat dari Belanda, 1970 silam.
Saat itu, ketika rombongan DPR RI melakukan kunjungan kerja ke museum Leiden Belanda, melihat foto Datu Kelampayan.
Lantas, oleh salah satu anggota DPR RI waktu itu difoto, lalu ditunjukkan ke pihak zuriat Datu Kelampayan di Martapura, Kabupaten Banjar.
Foto tersebut, berupa lukisan wajah Datu Kelampayan. "Yang menemukannya pertama kali adalah anggota DPR RI saat kunjungan ke Belanda," ujar Ustad Daudi saat ditemui bakabar.com beberapa waktu lalu.
Disebutkan Ustadz Daudi dari keterangan anggota DPR RI kala itu, di museum Leiden Belanda, banyak ditemukan peninggalan-peninggalan Kesultanan Banjar.
Termasuk sejumlah lukisan dan kitab karya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
"Kebetulan pada saat kunjungan tersebut lukisan Datu bisa difoto, kemudian dibasuh (dicetak, red) dan dibawa ke sini," tuturnya.
Dari foto berupa lukisan Datu Kelampayan itu, tertulis keterangan Tuan Haji Besar Muhammad Arsyad Al Banjari.
Sejak saat itu, foto Datu Kelampayan tersebut kini terpajang jelas di ruang tamu Ustadz Daudi dengan ukuran besar.
Dulu, dari foto itu pula, banyak pelukis menjadikan karya lukisan berupa wajah Datu Kelampayan. Seperti pelukis Banua kenamaan, Aham Rifani dan lainnya.
Lalu apa yang jadi perbedaan dengan foto versi keluarga yang didapat dari Belanda dengan di pasaran?
Perbedaannya menurut Ustadz Daudi kalau yang di pasaran, kebanyakan bentuk pipi dan badan yang terlihat gemuk serta tidak memiliki jabis.
Sementara yang disimpan keluarga tidak demikian. Melainkan pipi dan badannyanya kurus dan memiliki jabis jelas.
"Para pelukis ini ada berbagai macam versi, ada yang jenggotnya panjang, ada yang tidak berjengggot, ada yang terlihat gemuk," jelas Ustadz Daudi.
Meski demikian, menurutnya sorban melingkar di kepala Datu Kelampayan semuanya hampir sama antara yang didatangkan asli dari Belanda dengan di pasaran.
Selain itu, ada juga foto Datu Kelampayan yang mengenakan gamis berwarna putih yang sedang memeluk kitab sabilal muhtadin.
Menanggapi hal tersebut Ustad Daudi mengataan foto tersebut berbeda dengan yang ada di koleksi milik keluarga yang didatangkan dari Belanda.
Yang dari Belanda itu tidak memegang kitab. Sementara jubah dipakai berwarna hitam.
"Dari kitab Sabilal yang dipeluk oleh datu dalam lukisan itu sebenarnya kitab Sabilal Muhtadi belum dicetak saat beliau masih hidup, jadi kitab tersebut dicetak saat menjadi berbentuk buku setelah belau meninggal," terangnya.
Menanggapi usulan bergelar pahlawan nasional, tidak menutup kemungkinan foto Datu Kelampayan ini bakal menghiasi mata uang rupiah.
Namun Ustadz Daudi mengatakan dirinya tidak setuju dengan hal tersebut. Pasalnya jika foto tersebut menjadi cover uang akan disimpan di dalam dompet, maka tidak menutup kemungkinan akan terduduki. "Itu kurang bagus beradabnya," jelasnya.
Respons Keluarga Terkait Usul Datu Kelampayan Bergelar Pahlawan Nasional