Tak Berkategori

Benih Bermutu, Penentu Hasil Produksi Cabai

apahabar.com, BLITAR – Pemerintah terus fokus menjaga stabilitas pangan terutama cabai. Program Kementerian Pertanian 2019 untuk…

Featured-Image
Cabai. Foto-Tempo.id

bakabar.com, BLITAR – Pemerintah terus fokus menjaga stabilitas pangan terutama cabai. Program Kementerian Pertanian 2019 untuk cabai diberikan dalam komponen pilihan benih bersertifikat, pupuk organik terdaftar, dolomit, mulsa, bahan pengendali OPT (feromon/antraktan, perangkat likat berwarna, agens hayati berstandar mutu).

“Pak Mentan meminta turun ke lapangan karena inflasi 0,1 persen dinilai tinggi. Jatim perlu ditengok karena wilayah ini penyangga nasional. Jakarta menjadi indikator akibat imbas harga. Di sini saya ingin mendorong pola tanam,” ujar Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto.

Ke depan, imbuh Anton, akan dipantau pola tanam berbasis kebutuhan. Tiap daerah dipetakan berapa jumlah konsumsi yang diperlukan melalui aplikasi online. Pola ini diyakini mampu menjaga kuantitas produksi sesuai dengan besaran kebutuhan.

Peta produksi berbasis kebutuhan riil digunakan sebagai bahan sosialisasi ke daerah untuk memberitahukan berapa besaran pertanaman yang dibutuhkan. Dengan pemetaan tersebut, gejolak harga akibat minimnya produksi akan bisa dihindari.

"Peta produksi cabai ini bisa juga bisa digunakan untuk mengenal kondisi. Misalnya, kabupaten A kekurangan hasil produksi, sedangkan kabupaten B kelebihan produksi, maka kedua kabupaten dapat saling mengisi. Dengan adanya peta ini, diharapkan cabai jadi selalu tersedia di pasar,” terang Anton.

Hal penting yang menjadi perhatian dirinya adalah pemilihan benih bermutu. Kendatipun mempergunakan benih lokal, poin pentingnya adalah cermat memilih asal benih.

Komoditas cabai rentan serangan virus gemini. Apabila tanaman asal sudah terkena, apabila benihnya sudah mengandung virus tersebut, maka secara otomatis penyakit tersebut sudah ada di dalamnya

“Perhatikan kedua jenis cabai ini. Secara fisik tidak bisa dibedakan mana yang terkena virusnya, meski kita tahu asal tanamannya sudah terserang. Ini jangan ditanam,” perintah pria akrab dipanggil Anton ini.

Dirinya menerangkan, hasil penelitian mengungkapkan jika memakai benih cabai yang terserang virus ini nantinya produksi tanaman akan menurun drastis. Penurunan bisa mencapai 50 persen dan lama masa panen juga ikut berkurang.

Baca Juga: Hidupkan Gairah, Saturday Night Riding Suzuki Hadir di Banjarmasin

Baca Juga: Peneliti: Vokasi Sektor Industri Akan Ikuti Tren Digitalisasi

Baca Juga: Kalsel Belum Lirik Potensi Sarang Burung Walet

Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner