bakabar.com, JAKARTA – "Berpikirlah seperti seorang ratu. Ratu tidak takut akan kegagalan. Sebab, kegagalan merupakan batu pijakan menuju kesuksesan."
Begitulah kutipan bijak yang keluar dari mulut Oprah Winfrey, sang ratu talkshow asal Amerika, The Oprah Winfrey Show. Bukan sekadar luwes berbicara, Oprah juga terkenal sebagai sosok yang mengilhami banyak orang melalui pemikiran-pemikirannya.
Namun, siapa sangka, di balik image-nya yang positif, wanita kelahiran 29 Januari 1954 itu menyimpan masa kelam nan menyakitkan. Terlahir dari ibu muda yang tak menikah, Oprah tertawan dalam lingkungan serba kekurangan.
Oprah kecil boleh dibilang kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Bagaimana tidak, sang ibu yang bekerja sebagai pembantu, mesti pergi pagi-pagi buta dan kembali larut malam. Oprah pun sering kabur dari rumah demi memperoleh perhatian dari ibunya.
Suatu ketika, tatkala Oprah masih berusia 9 tahun, dia mengalami pelecehan seksual dari saudaranya sendiri. Akibat guncangan itu, perilaku Oprah makin tidak terkendali, bahkan sampai terjerumus pergaulan bebas yang membuatnya hamil pada usia 14 tahun. Namun, tak lama usai dilahirkan, buah hatinya itu meninggal.
Bukannya sadar, Oprah remaja malah makin menjadi-jadi. Dia memutuskan untuk kabur dari rumah selama satu minggu. Sang ibu yang sudah tak tahan dengan kelakuan Oprah, lantas mengirimnya untuk tinggal bersama ayah kandungnya, Vernon Winfrey.
Waktu 'Pembalasan' Dimulai
Seolah move on dari kehidupan kelamnya, Oprah mulai mengembangkan potensinya ketika tinggal bersama sang ayah. Benar saja, dia terbukti unggul dalam urusan akademik, dirinya berhasil loncat dua tingkat semasa sekolah dasar. Hal ini tak terlepas dari didikan Vernon yang tegas dan disiplin.
Tak berhenti di situ, perjuangan Oprah untuk terus berprestasi akhirnya dibuktikan saat masuk SMA. Dia mendapat undangan untuk mewakili sekolahnya pada suatu konferensi di gedung putih. Kala itu, Oprah yang juga menerima beasiswa, menulis pidato tentang “Orang Negro, Konstitusi dan Amerika Serikat."
Semenjak itulah, Oprah kian melebarkan kiprahnya di dunia public speaking. Ketika berusia 17 tahun, tepatnya pada 1970-an, Oprah remaja bahkan sudah mendapatkan pekerjaan sebagai penyiar radio lokal. Dua tahun berikutnya, dia menjadi wartawan di sebuah stasiun berita, sampai akhirnya menjadi penyiar berita.
Bukan cuma berita berkonotasi serius, Oprah juga sempat memandu acara talkshow ringan. Pembawaan yang santai dan sarat humor ternyata sangat disukai penonton. Dari sinilah, Oprah mendapat tawaran untuk memandu program bincang-bincangnya sendiri.
Pada 1986, The Oprah Winfrey pertama kali mengudara. Acara ini menjadi talkshow terpopuler dan paling sukses pada masanya. Lewat program itu, Oprah juga berhasil mengangkat derajat perempuan kulit hitam agar lebih dihargai, sekaligus menginspirasi mereka untuk bagkit dari kemiskinan.
Demikianlah sekilas perjalanan hidup Oprah Winfrey yang ternyata tak menikmati manisnya kehidupan sedari kecil. Darinya, bisa dipetik hikmah bahwa tak ada yang mustahil selagi memiliki tekad untuk berubah menjadi lebih baik. (Nurisma)