bakabar.com, JAKARTA - Masalah Ekonomi dan tingginya biaya hidup di kota Jakarta, menjadi salah satu alasan beberapa warga gusuran Kalijodoh, Jakarta Barat akhirnya membangun pemukiman di Kolong Tol Angke Jakarta Barat.
Sebagian besar warga yang tinggal di kolong tol Angke Jakarta Barat juga merupakan pendatang luar Jakarta yang merantau untuk mengadu nasib di Ibu Kota.
Hasan (56) salah seorang pria warga pemukiman Kolong Tol Angke mengatakan dirinya memilih hidup di kolong jalan tol lantaran tidak perlu membayar uang sewa untuk mempunyai tempat tinggal.
"Enggak ada uang sewa, sekadarnya aja yang penting ada uang kebersihan, tenteram lah," ujar Hasan dalam keterangannya ditemui di Kolong Tol Angke, Jakarta Barat, Kamis (22/6).
Baca Juga: Pj Heru Rancang Program Bedah Kampung Kumuh Baru di Jakarta
Hasan mengaku dirinya mencari penghasilan dengan mengumpulkan barang bekas dengan cara menjual belikan dus bekas dengan berpenghasilan yang tidak menentu.
Ia telah tinggal di pemukiman kolong tol tersebut sejak tiga tahun lalu dan membangun sendiri tempat tinggalnya dengan triplek dan kayu-kayu bekas.
"Karena saya udah enggak kuat biaya, kan mengontrak mahal," ujarnya.
Dengan penghasilan sebagian besar warga yang sangat minim, warga tetap bertahan untuk tinggal di kolong jalan tol lantaran tidak punya pilihan lain.
Baca Juga: Ratusan Rumah Kumuh akan 'Didandani' Pemprov DKI Jakarta
Kemudian untuk urusan kebutuhan listrik, Hasan menyebutkan banyak warga pemukiman kolong tol yang mencuri listrik dari tiang listrik terdekat.
Namun ada juga yang menyambungkan listrik dengan kabel panjang ke rumah warga di luar pemukiman kolong tol.
“Ada yang sambungkan ke rumah rumah warga yang di di luar pemukiman dengan dan urunan bayar listrik, ada juga yang ngambil langung ke rumah listrik deket dekat sini” ujarnya.
Baca Juga: Jadi Provinsi Terpadat, Penduduk Pemukiman Padat Kampung Pulo Tinggal Tanpa Atap
Sementara itu Lurah Jelambar Baru Danur Sasono mengatakan pihaknya telah mendata warga kolong tol Angke per kepala keluarga selama tujuh tahun terakhir.
“Data sementara ada 71 KK (kepala keluarga), cuma yang detail sore ini akan kami up lagi," ujar Danur.
Danur mengatakan pihak petugas juga masih mendata warga yang memiliki KTP DKI Jakarta atau luar wilayah Jakarta.
Danur belum dapat menentukan langkah apa yang akan dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) terhadap para warga pemukiman kolong tol Angke.
"Kalau itu nunggu arahan dari pimpinan, sifatnya, dari kelurahan ini hanya pendataan awal dan mapping," ujarnya.
Baca Juga: Permukiman Kumuh, Kementerian PUPR Butuh Kolaborasi dengan Semua Pihak
Danur menjelaskan sebagian warga yang tinggal di Kolong Tol Angke tersebut merupakan mangan warga Kalijodo yang terkena penggusuran zaman Gubernur Basuki Tjahya Purnama, Atau Ahok.
"Kalau ada laporan, mereka eks (penghuni) Kalijodo. Cuma itu kan sudah lama ya, kayaknya sih keluar-masuk situ, tapi mungkin memang ada yang eks Kalijodo, penertiban waktu itu," ujarnya.
Danur juga menjelaskan sebagian besar warga yang menempati hunian di kolong tol memiliki KTP DKI Jakarta.
"Kalau di situ (kolong tol) kebanyakan (warga) DKI-nya sih ya, non-DKI saya sampaikan yang masih KTP lama, karena mereka enggan update mungkin ya. Karena pekerja informal," ujat Danur.
Kemudian mengenai penggunaan lahan, pihaknya akan membahas bersama Pemerintah Kota Jakarta Barat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT Jasa Marga.
"Kami menunggu Jasa Marga, hasil rapat internalnya apa saja. Tapi itu sebenarnya, teman-teman media bisa tanya langsung Jasa Marga," ujarnya.