Tak Berkategori

Barcode Vaksin RI Tak Terbaca di Saudi, KJRI: Sudah Dicoba Berkali-kali

apahabar.com, JAKARTA – Scan barcode yang tersedia di bandara-bandara Arab Saudi belum bisa membaca barcode vaksin…

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Net

bakabar.com, JAKARTA – Scan barcode yang tersedia di bandara-bandara Arab Saudi belum bisa membaca barcode vaksin Covid-19 dari Kemenkes RI. Konsul KJRI Jeddah, Endang Jumali menyebut ini akan menyulitkan bagi jemaah umrah nanti.

Menurutnya, vaksinasi menjadi syarat wajib bagi para jemaah bila hendak melakukan umrah.

“Soal QR code vaksin. Uji coba kami di lapangan, kami sudah mencoba beberapa kali membaca QR code sertifikat [yang dikeluarkan pemerintah Indonesia] belum bisa terbaca,” kata Endang dalam webinar yang digelar Amphuri, seperti dilanir CNNIndonesia.com, Selasa (21/9).

Endang menjelaskan sertifikat vaksin sangat dibutuhkan pengunjung dari luar di bandara-bandara di Saudi untuk bisa masuk ke negara tersebut dengan pelbagai tujuan.

Sebaliknya, Endang mengatakan barcode sertifikat vaksin milik negara lain seperti Nigeria sudah terbaca dengan baik di Saudi.

“Apalagi sertifikat vaksin itu berlaku 14 hari. Sertifikat vaksin Sinovac dua dosis dan sertifikat vaksin booster,” kata dia.

Di sisi lain, Endang memastikan bahwa Saudi telah mengizinkan penggunaan dua vaksin Covid-19 produksi asal China, Sinovac dan Sinopharm bagi para calon jemaah umrah. Namun, para jamaah wajib disuntik salah satu dari empat vaksin lainnya seperti Pfizer, Moderna, AstraZeneca dan Jhonson and Jhonson sebagai booster.

“Covid 19 ini jadi perhatian Saudi. Karena Saudi memiliki kebijakan ketat dan efektif. Sehingga per hari ini di Saudi hanya 60 kasus,” kata dia.

Endang juga memastikan Indonesia masih masuk dalam daftar negara yang masih ditangguhkan untuk mengirimkan jemaah umrah ke Saudi sampai hari ini. Hal itu tak lepas dari Edaran General Authority Civilization Aviation Nomor 4/43917 pada tanggal 2 Februari 2021 lalu belum dicabut Saudi.

“Ini jadi potensi kendala. Lalu covid secara global dan adaptasi jemaah harus jadi poin penting. Dan keniscayaan kenaikan harga harus diperhatikan. Karena kan transportasi harus 50 persen. Kamar dari satu kamar isi 4 jadi isi 2,” kata Endang.



Komentar
Banner
Banner