bakabar.com, BANJARMASIN – Di saat warga Kota Seribu Sungai membutuhkan air bersih, sejumlah wakil rakyat mereka malah sibuk melakukan kunjungan kerja (kunker).
Wakil Ketua DPRD Banjarmasin, Matnor Ali menyoroti buruknya pelayanan PDAM Bandarmasih belakangan ini. Hal itu buntut daripada macetnya distribusi air bersih untuk warga kawasan Pelambuan.
PDAM Bandarmasih beralasan macetnya distribusi air di Banjarmasin sebab pipa yang sudah uzur. Peremajaan tak bisa dilakukan lantaran defisit dana sebab belum adanya penyertaan modal dari Pemkot Banjarmasin.
Lantas, Matnor Ali menyayangkan alasan tersebut. Dia menyebut jika alasan PDAM Bandarmasih sangat tidak etis. “Alasan tidak ada duit itu tidak etis. Jangan alasan seperti itu dikemukakan di media,” katanya, Selasa (17/5).
PDAM Bandarmasih mestinya tidak terlalu bergantung penyertaan modal dari Pemkot. “Mereka ‘kan sudah jadi Perseroda, mestinya bisa action mencari investor untuk melakukan perbaikan,” tambahnya.
Dalam waktu dekat, Matnor berjanji DPRD akan memanggil pihak PDAM Bandarmasih untuk dimintai klarifikasi. “Kami panggil Kamis (19/5) pukul 9 pagi,” katanya.
Pada pertemuan itu, Matnor akan menekankan agar PDAM Bandarmasih bisa segera melakukan langkah konkret terkait distribusi air di Banjarmasin Barat.
“Sebelum perbaikan, mereka wajib bisa menaruh tandon-tandon air di titik-titik yang airnya tidak mengalir. Sementara terealisasi di Pelambuan,” katanya.
Kemudian, PDAM Bandarmasih didesak untuk tidak menunggu bola. Mereka mesti aktif mencari investor. Penyertaan modal sendiri akan dipertimbangkan untuk diberikan pada anggaran perubahan 2022 atau anggaran murni 2023.
“Melihat kemampuan keuangan daerah,” katanya.
Terlepas itu, Matnor mengaku sudah turun langsung ke lokasi-lokasi yang distribusi airnya tersendat.
“Meski aku bukan daerah pemilihan (dapil) sana tapi aku memutuskan turun langsung sebagai pimpinan dewan,” katanya.
“Saya kemarin meminta PDAM untuk mengirimkan air bersih dengan tangki selama distribusi masih tidak bisa dilakukan,” lanjutnya.
Lantas, ke mana para anggota DPRD utusan Banjarmasin Barat dan Komisi II yang membidangi PDAM?
Informasi terhimpun, jajaran Komisi II sedang sibuk memenuhi jadwal kunjungan kerja ke luar daerah.
Sementara sejak kasus kelangkaan air bersih di Banjarmasin Barat bergulir, diketahui belum satupun anggota DPRD Banjarmasin Barat turun ke lokasi.
Soal itu, Matnor meminta agar anggota DPRD Banjarmasin dapil Banjarmasin Barat dan anggota Komisi II DPRD Banjarmasin untuk lebih proaktif menyikapi keluhan masyarakat.
“Kita harap 10 orang anggota dapil Banjarmasin Barat harus agresif membantu masyarakat,” katanya.
Terpisah, Pemerhati Kebijakan Publik Banjarmasin, Muhammad Pazri melihat sudah saatnya jajaran direksi PDAM Bandarmasih dievaluasi secara menyeluruh.
“Bagus untuk penyegaran. Kewenangannya ada di wali kota. Dasarnya bisa pakai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian PDAM,” ujar Pazri dihubungi terpisah.
Pazri sendiri bukan sekali dua kali menerima keluhan warga terkait kinerja PDAM Bandarmasih.
Direktur kantor firma hukum Borneo Law Firm ini kerap menerima keluhan seringnya perbaikan pipa termasuk pipa bocor, juga air macet, keruh, tidak lancar, harus menggunakan mesin, air tak layak konsumsi. Terlebih masalah itu tak pernah ada kompensasi dari PDAM.
“PDAM Bandarmasih selama ini sudah selalu melanggar UU dan hak-hak konsumen,” ujarnya.
“Harusnya DPRD Kota Banjarmasin komisi terkait juga harus segera bersikap,” sambungnya.
BLF Gugat PDAM Bandarmasih, Jika Tak Perbaiki Kinerja Setelah Perseroda
Wali Kota Geram
Krisis air bersih di Banjarmasin Barat sudah sampai di telinga Wali Kota Ibnu Sina.
Ibnu mengaku geram. Bahkan meminta jajaran direksi PDAM Bandarmasih mundur jika sengkarut air bersih tak juga segera terselesaikan.
"Kalau PDAM merasa tidak mampu mencari solusi silakan mundur saja. Saya juga geregetan kenapa tidak bisa, sebenarnya untuk peremajaan pipa PDAM sangat mungkin," ujarnya saat kepada awak media, Senin sore (16/6).
Semestinya, kata Ibnu, PDAM Bandarmasih sudah bisa berinvestasi dalam membangun pipa baru.
"Karena dasarnya PDAM kita ini sehat. Yang mau berinvestasi banyak. Lalu kenapa tidak mengambil opsi itu?" katanya.
Di awal tahun, Ibnu sudah melakukan pembicaraan secara terbuka dengan Dirut Bank Kalsel.
"Bahwa mereka siap mengusahakan pembiayaan dengan cara KPBU atau Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dengan pihak ketiga," imbuhnya.
Karena sejatinya, kata Ibnu, semua keputusan ada di tangan PDAM Bandarmasih.
Soal tidak adanya penyertaan modal untuk PDAM sendiri, menurut Ibnu lebih karena imbas kasus operasi tangkap tangan 2017 silam.
Sebagai pengingat, kala itu KPK berhasil menangkap tangan Dirut PDAM Bandarmasih Muslih dan Ketua DPRD Banjarmasin Iwan Rusmali terkait jual beli perda.
"Setelah kejadian OTT menjadi alasan utama kenapa penyertaan modal itu tidak dilakukan," ujarnya.
"Tapi sebenarnya PDAM ini untung setiap tahun, deviden atau keuntungan juga kita terima. Cari solusinya 'lah pasti bisa. Jadi tidak ada alasan PDAM kekurangan duit, soalnya bisnis PDAM ini menguntungkan," sambungnya.
Bocah Kena Penyakit Kulit
Malang betul nasib Muhammad Hafit. Balita 2,5 tahun asal Banjarmasin Barat itu terkena penyakit kulit gara-gara keseringan mandi air comberan.
Nurhayati (45) terpaksa memandikan buah hatinya dengan air selokan lantaran ngadatnya distribusi air bersih PDAM Bandarmasih.
Ironisnya krisis air bersih ini dirasakan warga setempat, tepatnya di Kompleks Baruh Batuah, Pelambuan, Banjarmasin Barat selama satu bulan atau sejak Ramadan 2022 kemarin.
"Di bawah rumah saya air tidak bersih, tapi bisa dipakai mandi sehar-hari," ucap Nurhayati kepada bakabar.com, Minggu (15/5).
Kondisi anak kelimanya tersebut sangat memprihatinkan. Bahkan setelah mandi air comberan, Hafit langsung menjerit kesakitan.
Ia pun hanya bisa memberikan bedak ke seluruh tubuh putranya tersebut. "Malam juga menangis, kasihan anak begini," katanya.
Ia sangat menyayangkan macetnya distribusi air bersih PDAM Bandarmasih selama berbulan-bulan.
Padahal, ia kerap membayar tarif air bersih sebesar Rp200 ribu per bulan.
"Kita bayar saja tiap bulan sekitar Rp 200 ribu," bebernya.
Sementara untuk memasak, ia pun rela membeli air galon setiap hari.
"Terkadang menampung air hujan, supaya dapat air bersih," pungkasnya.
Dilengkapi oleh Bahaudin Qusairi