bakabar.com, JAKARTA ¬– Memulai bisnis makanan sehat di Indonesia masih terdapat tantangan. Bahan dasar makanan sehat yang masih impor menjadi persoalan utama yang masih sering ditemukan.
“Bahan dasar akan memengaruhi makanan yang akan dikonsumsi,”kata Founder Orivia Indonesia, Avidyarahma dalam siaran daring, Kamis (29/9).
Salah satu bahan dasar makanan yang masih diimpor adalah susu kedelai. kandungan yang ada di dalam susu kedelai perlu diperhatikan. Sebab, kandungan rasa harus disesuaikan dengan cita rasa masyarakat yang terbiasa dengan susu sapi.
Adapun tantangan lainnya di antaranya bahan makanan sehat yang termasuk plant based atau makanan berbahan dasar sayuran, masih memiliki harga yang mahal.
Padahal makanan yang seusai dengan kebutuhan gizi agar sesuai dengan selera masyarakat Indonesia diperlukan bahan tertentu.
Meski begitu, ia tidak menampik masih ada bahan yang memiliki harga lebih murah, namun dari segi kandungan belum tentu sesuai dengan kebutuhan konsumen.
“Seperti susu tanpa kandungan gula laktosa, yang harganya masih cukup mahal atau susu kedelai yang masih impor juga masih mahal,” terangnya.
Akibatnya, bahan makanan yang tidak mudah diperoleh tersebut menentukan rasa dan kualitas makanan. Sehingga makanan yang disajikan tidak sesuai selera masyarakat dan berdampak pada penurunan minat.
“Pemikiran terhadap makanan sehat tidak enak, juga menjadi tantangan dalam bisnis ini,” ujarnya.
Kekhawatiran tersebut dapat menghambat bisnis makanan sehat. Karena itu, kata Avidyarahma, pelaku bisnis perlu memiliki sertifikat untuk membangun kepercayaan masyarakat.
“Minimal pelaku bisnis harus memiliki dua sertifikat dari pemerintah,” katanya.
Dua sertifikat yang dimaksud adalah sertifikat laik sehat dan sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kebutuhan sertifikasi tersebut karena masyarakat mulai menyadari pentingnya kesehatan. Terutama sejak kemunculan pandemi Covid-19, bisnis makanan sehat semakin membesar.
Bahkan, membuat konsumen bukan pecinta makanan plant based mulai tertarik untuk mengonsumsi. Meski konsumen dalam segmentasi tersebut masih mengonsumsi daging sebagai makanan penyeimbang.
“Melihat dari perkembangan perubahan pola makanan masyarakat, bisnis makanan sehat akan semakin besar dan meningkat,” pungkasnya.