Bisnis

Bagas Adhadirgha Terabas Paradigma Keluarga: Pilih Jadi Pengusaha

Tembus paradigma keluarga, Bagas Adhadirga buktikan bisa jadi pengusaha.

Featured-Image
Calon Ketua Umum BPP HIPMI Bagas Adhadirgha memberikan kuliah umum di Universitas Brawijaya, Malang, Jumat (14/10). (Foto: apahabar.com/Thomas)

bakabar.com, JAKARTA - Salah satu Calon Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bagas Adhadirgha berhasil menembus paradigma keluarga dengan berhasil menjadi seorang pengusaha.

Pasalnya, Bagas lahir dan tumbuh dari keluarga berlatar belakang militer. Sehingga selama ini sama sekali tidak memiliki arahan dari orangtuanya agar menjadi seorang pengusaha.

"Saya orang pertama yang berhasil menembus paradigma di keluarga besar saya bahwa bisa menjadi pengusaha," ujarnya dalam kuliah umum di Universitas Brawijaya Malang, Jumat (14/10).

Menurutnya untuk menjadi pengusaha salah satu hal yang paling penting untuk dimiliki adalah komitmen. Hal tersebut terlihat saat pria yang juga Sekretaris Jenderal BPP HIPMI ini merintis perusahaan pertamanya yaitu Asia Aero Technology.

Sebelum mendirikan perusahaan tersebut, Bagas memulai karirnya menjadi seorang karyawan di salah satu perusahaan Lufthansa System. Adapun program yang dibuat adalah untuk pesawat selama 3 tahun dan bekerja lebih dari 12 jam sehari.

"Dari menjadi karyawan programmer tersebut kerja saya jadi terstruktur dan detail yang dengan bekal tersebut dibawa untuk membangun perusahaan," jelasnya.

Menurutnya awal terbangunnya perusahaan penerbangan itu adalah dari usahanya berjualan sparepart. Jadi walau masih menjadi karyawan, Bagas sudah memulai memikirkan bisnis jangka panjang.

"Saya berjualan sparepart sudah sampai Thailand dan seluruh negara ASEAN dan karyawannya hanya saya sendiri," jelasnya.

Pengalaman yang dipaparkan Bagas tersebut berkaitan dengan komitmen seorang pengusaha dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk mewujudkan cita-cita.

Selain komitmen, pengusaha juga harus bisa melihat peluang yang ada. Dia mencontohkan ketika melihat pembelian pesawat yang dilakukan oleh Garuda dan Lion yang mencapai 500 pesawat.

Dengan jumlah pesawat sebanyak itu, otomatis penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma akan ada yang tergusur. Sehingga dirinya menyampaikan kepada maskapai yang ada di bandara tersebut untuk memindahkan operasional ke tempatnya.

"Untuk membangun dari lapangan terbang kosong menjadi sebuah hanggar juga tidak menggunakan duit sendiri, melainkan duit investor," ungkap caketum BPP HIPMI nomor urut 2 ini.

Dengan bermodal perencanaan gambar untuk rencana bisnis ke depan, Bagas mengaku mendapatkan dana dari investor dengan durasi kontrak 5 tahun dan 3 tahun pembayaran di muka. Kerja sama itu ditindaklanjuti dengan membangun hanggar pertama yang selanjut bergulir membentuk ekosistem lainnya.

"Apabila kawan kawan punya komitmen yang kuat, punya visi yang jelas dan bisa melihat peluangnya maka sisanya adalah masalah waktu karena semuanya bisa," tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner