Bisnis

Bagas Adhadirgha Bocorkan Masa Depan Pertambangan di Tengah Kampanye EBT

Bagas Adhadirgha menyebut jika Indonesia tak perlu khawatir terkait masa depan pertambangan di tengah ramainya EBT.

Featured-Image
Caketum Hipmi nomor urut ke-2, Bagas Adhadirgha di Hotel alila, Solo. (foto: apahabar/Leni)

bakabar.com, SOLO - Saat ini Indonesia memiliki target energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada bauran energi Nasional pada tahun 2025.

Tak hanya kebijakan terkait target EBT, Indonesia pun berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 29% pada tahun 2023. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa EBT akan menjadi dominan di masa depan.

Menanggapi itu, Sekretaris Jenderal BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bagas Adhadirgha menyebut jika Indonesia tak perlu khawatir terkait masa depan pertambangan di tengah ramainya EBT.

Sebab, Indonesia kebetulan mendapat imbas positif dari perang Rusia dan Ukraina yang sebelumnya terjadi. Keuntungan didapat melalui tingginya harga komoditas di dalam negeri.

Baca Juga: Bagas Adhadirgha Yakin Misi Besarnya Cetak 1 Juta Pengusaha Sejalan dengan Tujuan Hipmi

Tingginya harga komoditas, seperti misalnya batu bara serta nikel setidaknya akan mengerek Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) RI. 

"kalau pertambangan batu baru itu kebetulan kita dapet bonus dari adanya perang Rusia dan ukraina. sehingga ada perpanjangan sekita 15 - 20 tahun penggunaan batu bara ke depan," kata Bagas selaku pengusaha muda yang bergerak dibidang pertambangan, kepada bakabar.com, Salasa (22/11).

Bagas mengatakan, naiknya harga emas, perak, aluminium, dan nikel imbas konflik Rusia dan Ukraina seharusnya dapat dioptimalkan oleh Indonesia sebagai negara penghasil komoditas tersebut.

Baca Juga: Jaga NKRI Saat Resesi, Hipmi Perbanyak Pengusaha Berkualitas

"Momen langka itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan investasi di energi-energi hijau berkelanjutan," ungkapnya.

Untuk bisa memaksimalkan peluang masa depan cerah itu, Indonesia perlu memiliki strategi yang tepat.

Yakni dengan banyak membangun smelter-smelter terkait industri hijau (nikel). "Itu merupakan salah satu cara untuk melestarikan energi hijau maupun ekonomi hijau kedepannya diindonesia," terangnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner