Nasional

Awas, Penggunaan Berulang Minyak Jelantah Dapat Memicu Kanker

apahabar.com, JAKARTA – Jangan meremehkan penggunaan minyak goreng jelantah. Kalau dipakai berulang-ulang, justru bisa memicu kanker….

Featured-Image
Sebelum membeli gorengan, sebaiknya perhatikan dulu kejernihan minyak goreng. Foto: Kompas

bakabar.com, JAKARTA – Jangan meremehkan penggunaan minyak goreng jelantah. Kalau dipakai berulang-ulang, justru bisa memicu kanker.

Makanan yang digoreng memang digemari banyak orang, khususnya di Indonesia. Selain kaya vitamin karena minyak goreng dibuat dari unsur nabati, makanan juga lebih gurih.

Namun tidak jarang minyak yang digunakan untuk menggoreng, sudah digunakan berulang kali atau minyak jelantah.

Ironisnya minyak jelantah lazim digunakan masyarakat Indonesia. Padahal jelantah memiliki banyak risiko buruk untuk tubuh.

“Minyak yang digunakan berulang juga sudah tidak lagi memiliki kandungan gizi,” papar Analis Kesehatan dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari, Satya Darmayani, seperti dilansir Antara.

“Penggunaan minyak jelantah lebih dari tiga kali dipastikan tidak baik untuk kesehatan, karena mengandung senyawa bersifat karsinogenik atau zat yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker,” imbuhnya.

Ikhwal pertumbuhan sel kanker itu disebabkan radikal bebas yang dihasilkan jelantah. Semakin sering menggoreng dengan minyak jelantah, bertambah pula radikal bebas yang menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan mutasi gen.

Mereka yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, seharusnya lebih memperhatikan penggunaan minyak jelantah.

Penyebabnya minyak jelantah memiliki kadar kalori dan lemak trans yang terus meningkat. Kelebihan kalori dan lemak trans itulah yang memicu obesitas.

Saking tidak lagi bermanfaat untuk kesehatan, minyak jelantah sedianya hanya digunakan untuk mencuci perkakas yang berkarat.

“Kalau langsung dibuang ke lingkungan, juga memiliki berbagai dampak negatif. Di antaranya menjadi beban pencemar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD),” papar Satya.

“Hal yang tidak kalah penting adalah minyak jelantah masuk dalam kategori limbah B3, sehingga harus dibuang dengan benar,” tambahnya.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir limbah minyak jelantah adalah mendaur ulang minyak jelantah menjadi lilin atau sabun.

“Sabun dibuat dengan mencampurkan minyak atau lemak dengan alkali melalui proses saponifikasi. Sabun dari minyak jelantah ini dapat digunakan untuk membersihkan barang-barang yang tidak digunakan langsung untuk tubuh manusia,” tandas Satya.

Menukil artikel berkeluarga.id, jelantah juga bisa diolah menjadi aroma terapi. Sebelumnya minyak jelantah harus dijernihkan dulu.

Lalu direndam dengan ampas tebu selama kurang lebih dua hari. Selanjutnya masukkan bubuk jeli dan aroma kesukaan.



Komentar
Banner
Banner