bakabar.com, JAKARTA – Harga batu bara acuan newcastle anjlok. Bahkan posisinya terendah dalam tiga tahun terakhir.
Ditutup di level US$ 69,8/metrik ton pada perdagangan akhir pekan lalu (16/8/2019), harga batu bara kontrak pengiriman September anjlok 6,23% dalam sepekan.
Perlambatan ekonomi global masih menjadi sentimen utama yang memberi beban pada harga si batu legam.
Terlebih, pekan lalu perekonomian Amerika Serikat (AS) terpapar risiko resesi yang kian nyata.
Pada hari Kamis pekan lalu, imbas hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor 2 tahun ada di level 1,974%.
Sementara yang bertenor 10 tahun sebesar 1,5826%. Dari data tersebut terlihat bahwa yield obligasi jangka pendek (2 tahun) lebih tinggi ketimbang jangka panjang (10 tahun), atau biasa disebut dengan inversi.
Ini adalah inversi pertama untuk dua tenor tersebut sejak Juni 2007. Pelaku pasar membaca fenomena tersebut sebagai sinyal-sinyal resesi. Benar saja, tidak lama berselang, tepatnya pada 2008, terjadi krisis keuangan global.
Bahkan berdasarkan catatan sejarah, dari lima kali resesi yang terjadi di AS, seluruhnya didahului oleh inversi yield obligasi pemerintah AS tenor 2 dan 10 tahun.
Sebagai informasi, resesi merupakan kondisi di mana pertumbuhan ekonomi negatif alias terkontraksi untuk dua kuartal berturut-turut pada tahun yang sama.
Baca Juga: Kurangi Ketergantungan Batubara, Pemprov Kalsel 'Lirik' Investor Biodiesel
Baca Juga: Pembatasan Produksi Batubara IUP, Isran Minta Pengusaha Tak Khawatir
Sumber: CNBC Indonesia
Editor: Fariz Fadhillah