Hot Borneo

Angkutan Sawit di Tamansari Bunga Batola Diingatkan Soal Overload

Mengantisipasi kerusakan yang yang terlalu cepat, angkutan kelapa sawit di ruas Jalan Tamansari Bunga diingatkan untuk tidak overload alias melebihi kapasitas.

Featured-Image
Salah satu ruas Jalan Taman Sari Bunga di Desa Purwosari Baru.

bakabar.com, MARABAHAN – Mengantisipasi kerusakan yang terlalu cepat, angkutan kelapa sawit di ruas Jalan Tamansari Bunga diingatkan untuk tidak overload alias melebihi kapasitas.

Jalan Tamansari Bunga merupakan kependekan dari Tamban, Mekarsari dan Tabunganen di Barito Kuala (Batola). Jalan berklasifikasi kelas III ini begitu sentral membuka isolasi akses darat ke Tabunganen dan sebaliknya.

Perencanaan pembangunan Taman Sari Bunga dirintis sejak Batola dipimpin H Eddy Sukarma dalam periode 2002–2007, lalu dirampungkan secara bertahap oleh Hasanuddin Murad sebagai bupati selanjutnya sejak 2007 hingga 2017.

Kemudian perbaikan-perbaikan juga terus dilakukan, selama Hj Noormiliyani AS menjadi bupati di Batola dalam periode 2017-2022.

Mengingat urgensi jalan tersebut, tidak mengherankan warga setempat menginginkan agar pengguna jalan bersama-sama memelihara kekuatan jalan tersebut.

Terlebih baru beberapa bulan lalu, jalan tersebut diperbaiki. Sementara angkutan kelapa sawit juga mulai berseliweran, baik dari kebun inti maupun plasma PT Tiga Daun Kapuas.

Adapun ruas Tamansari Bunga yang sering dilintasi angkutan kelapa sawit biasanya mulai dari Kanoko hingga Purwosari Baru, atau sebelum angkutan masuk ke jalan perusahaan.

"Intinya masyarakat menginginkan agar semua pihak berkomitmen memelihara jalan," papar anggota Komisi III DPRD Batola, H Maslan, seusai rapat bersama PT Tiga Daun Kapuas awal pekan lalu.

"Artinya bobot angkutan harus disesuaikan spesifikasi jalan. Kalau hanya diperuntukkan 8 ton, berarti kendaraan yang melintas sebaiknya di bawah ketentuan maksimal. Misalnya 7 atau 6 ton saja," imbuhnya.

Sesuai kondisi geografis Batola, pembangunan jalan bukan perkara mudah dan membutuhkan biaya lebih tinggi dibanding kawasan lain.

Diawali dengan pengurukan tanah setempat, lalu dipasangi cerucuk galam, baru kemudian ditimbun tanah dan batu gunung.

"Makanya bobot kendaraan dan kekuatan jalan diperhatikan, mengingat anggaran pembuatan dan pemeliharaan tidak terlalu banyak," tukas Maslan.

"Sementara masih banyak jalan lain yang juga membutuhkan perhatian. Setidaknya jalan yang sudah bagus terus dipelihara agar dapat bertahan selama 5 sampai bahkan 7 tahun," imbuhnya.

Sementara Kepala Desa Purwosari Baru, Sujinal, menegaskan jalan yang baru selesai diperbaiki 3 bulan lalu di kawasan ini, dapat bertahan lebih lama.

"Makanya masyarakat ingin agar jalan lebih awet, karena jalan yang dibangun pemerintah sudah bagus," sahut Sujinal dalam kesempatan terpisah.

"Sebenarnya tidak cuma sawit, truk pengangkut material bangunan juga mesti memperhatikan bobot. Adapun sawit sekarang belum optimal. Dalam per hari hanya sekitar 15 sampai 17 truk, baik dari kebun inti maupun plasma," imbuhnya.

Pemeliharaan tersebut dianggap menjadi solusi, mengingat peningkatan kelas Jalan Tamansari Bunga masih terkendala regulasi.

"Beberapa syarat yang belum terpenuhi adalah lebar jalan dan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)," tambah Saprani, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Batola.

"Supaya jangan rusak terlalu cepat, kendaraan yang melintas juga mesti sesuai ketentuan jalan kabupaten. Makanya perlu disosialisasikan kepada angkutan sawit, karena yang mengangkut tak hanya dari kebun inti, juga dari plasma," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner