Kalsel

Alasan Sekolah Tatap Muka di Banjarmasin Terancam Batal

apahabar.com, BANJARMASIN – Rencana pembelajaran tatap muka di Banjarmasin terus menuai pro dan kontra masyarakat. Khususnya…

Featured-Image
Pemkot Banjarmasin berpikir ulang untuk kembali menerapkan belajar tatap muka. Foto: Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Rencana pembelajaran tatap muka di Banjarmasin terus menuai pro dan kontra masyarakat. Khususnya orang tua.

Mereka menguatirkan situasi saat ini. Di mana ancaman Covid-19 entah kapan akan berakhir.

Di Banjarmasin jumlah kasus Covid-19 masih terus bertumbuh.

Belakangan Pemkot Banjarmasin tampaknya mulai berpikir ulang untuk kembali memulai pembelajaran secara tatap muka.

Sesuai hasil rapat koordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 Banjarmasin, pada pekan kemarin, harusnya belajar tatap muka bisa dimulai kembali pekan kedua November depan.

Lampu hijau, saat itu diberikan lantaran Banjarmasin berhasil dinyatakan keluar dari zona merah atau zona berisiko tinggi Covid-19.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Plt Wali Kota Banjarmasin Hermansyah meminta lembaga pendidikan untuk berkomunikasi kembali dengan para orang tua murid.

"Ya di satu sisi para orang tua menginginkan sekolah tatap muka, tapi di lain sisi ada yang tidak mau gitu," ujar Herman kepada bakabar.com, Kamis (29/10).

Herman tak menampik jika sejumlah orang tua murid menginginkan sekolah tatap muka dimulai lagi.

Alasan pertama anak mereka mengalami kejenuhan karena selalu berada di rumah selama beberapa bulan terakhir.

Kedua ketika proses belajar di rumah, masih ada orang tua yang tidak bisa menggunakan metode dalam jaringan alias belajar daring.

"Tapi kalau jadi sekolah tatap muka, kita memerlukan kajian khusus antara Gugus Tugas bersama Dinas Pendidikan (Disdik)," ucapnya.

Kepala Disdik Banjarmasin Totok Agus Darmanto sudah mengatakan proses belajar tatap muka ini perlu dukungan sarana dan prasarana.

Di ruangan kelas dilakukan penataan dan diberi jarak antara kursi siswa dan lainnya.

Ketentuan tersebut berdampak kepala seluruh siswa. Disdik Banjarmasin membatasi hanya sekitar 50 persen dari total kapasitas siswa.

"Jarak ini diusahakan 1,5 meter dengan maksimal jumlah 18 siswa per ruangan kelas," ujar Totok kepada bakabar.com, belum lama tadi.

Lebih jauh, dijelaskan bahwa tak seluruh sekolah menjadi favorit di Banjarmasin.

Terdapat beberapa sekolah dengan jumlah murid yang minim. Umumnya yang berada jauh dari pusat kota.

Dengan begitu, Totok berkata lembaga pendidikan tersebut harus mempunyai mekanisme tersendiri dalam kajian belajar tatap muka.

Sistem yang dianjurkan berupa sif atau bergantian. Disdik memberikan kewenangan penuh kepada sekolah untuk menentukan.

"Kondisi sekolah berbeda, kalau satu kelas muridnya hanya 20 saya kira masih bisa dilaksanakan tanpa perlu sif," imbuhnya.

Lebih jelas, waktu belajar tatap muka dalam satu hari di sekolah turut dipangkas.

Siswa hanya diwajibkan belajar sekitar 4 jam setiap harinya. Dari Senin hingga Sabtu. Mulai pukul 08.00 sampai 12.00 Wita.

Sebagai catatan lain, siswa dan tenaga pengajar wajib menerapkan protokol kesehatan selama belajar tatap muka berlangsung. Beragam tradisi pun dihapuskan. Seperti bersalaman. Termasuk mencium tangan guru.

Di luar itu Gugus Tugas turut mewacanakan tes cepat Covid-19 pada tenaga pengajar.

"Teknisnya nanti dari Gugus Tugas karena perlu melibatkan stakeholders yang lain," pungkasnya.

Sampai kemarin, Rabu (28/10), Banjarmasin memiliki 89 kasus aktif Covid-19. Secara akumulatif jumlah kasus terkonfirmasi positif di ibu kota Kalsel sudah mencapai 3.513 orang, 3.188 sembuh, dengan 164 meninggal dunia.

52 Kelurahan di Banjarmasin Sudah Zona Hijau Covid-19, Ini Harapan Pengelola THM

Komentar
Banner
Banner