Kalsel

Ahmad Yusuf, Hobi Berbuah Kepercayaan Kesultanan Banjar

apahabar.com, BANJARMASIN – Sekolah saat ini umumnya hanya berkutat pada pelajaran tentang Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit….

Featured-Image
Kesultanan Banjar. Sumber: Facebook dan Website Kesultanan Banjar

bakabar.com, BANJARMASIN - Sekolah saat ini umumnya hanya berkutat pada pelajaran tentang Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit.

Sedangkan, sejarah Banjar cuma bisa didapatkan pada pelajaran muatan lokal saja. Itupun hanya sebentar. Sepekan sekali.

Dari kegelisahannya itu, Ahmad Yusuf bertekad untuk mengenalkan sejarah dari tanah kelahirannya.

Belakangan, ia malah mendapat kepercayaan untuk menjadi ujung tombak promosi Kesultanan Banjar.

Ya, di era kekinian masyarakat sangat identik dengan media sosial.

Instagram, Twitter dan Facebook dapat memberikan keuntungan maupun kerugian tergantung kebijakan penggunanya.

Namun tidak bagi Ahmad Yusuf. Ia justru mampu memanfaatkan media sosial untuk kesenangan pribadinya sekaligus menjaring keuntungan.

Berawal dari hobi-nya berbagi cerita-cerita sejarah Banjar di media sosial, Yusuf kini dipercaya untuk mengelola media promosi Kesultanan Banjar.

"Awalnya tertarik sejarah secara umum, kisah-kisah bahari. Lebih banyak sejarah Banjar karena inspirasinya dari Kesultanan Banjar," ujarnya mengawali obrolan ringan kepada bakabar.com, belum lama ini.

Ingin mengenalkan cerita dan sejarah daerah sendiri, di 2011 Yusuf memutuskan membuat satu akun twitter bernama Sultan Banjar.

Akun ini untuk berbagi informasi-informasi yang dia dapat dari berbagai sumber kala itu. Tak hanya Twitter, dia juga merambah Instagram dan Facebook untuk menarik lebih banyak pembaca.

"Bagaimana caranya agar orang di sekitar tahu. Awalnya memang kurang peminat, tapi alhamdulillah 2014 walau naiknya lambat tapi sekarang termasuk banyak," ungkap dia.

Menurutnya, mengenalkan sejarah kepada kalangan muda memang sedikit sulit. Untuk menggaet pembaca ia harus mengikuti perkembangan. Di mana saat ini teknologi semakin canggih dan dekat dengan generasi milenial.

"Mereka kan agak buta tentang Kesultanan Banjar. Apalagi di sekolah hanya berkutat pada pelajaran tentang Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit, sedangkan sejarah Banjar cuma didapatkan pada pelajaran Muatan Lokal yang hanya satu minggu sekali saja. Itupun cuma sebentar," paparnya.

Berawal dari kegelisahannya tersebut, pelan-pelan dia berusaha menularkan hobinya melalui platform yang saat ini memang dekat dengan masyarakat, khususnya generasi muda yaitu media sosial.

"Memang ada niatan untuk mengangkat kembali kisah-kisah sejarah dan kebetulan mendapat respon positif dari Sultan akhirnya diresmikan," ujarnya.

Sebelum resmi menjadi media promosi Kesultanan. Tidak sembarang dalam memberikan informasi, Yusuf kala itu berbekal sumber terpercaya seperti buku-buku yang dia baca.

"Kalau saat ini data tentang Kesultanan Banjar itu dapat langsung dari mereka, tetapi kalau sejarah atau mitos-mitos lainnya dari buku," tuturnya.

Tak banyak orang bisa seperti Yusuf. Terlebih, pria lulusan sekolah keperawatan ini sama sekali tidak memiliki hubungan atau kekerabatan dengan Kesultanan Banjar.

"Tidak ada. Saya cuma ditugaskan memegang bagian promosi Kesultanan oleh Sultan sendiri. Akun ini mulainya 2014, diresmikannya sekitar 2015 atau 2016," ungkapnya.

Tidak hanya menjadi seorang admin di balik akun Instagram yang saat ini memiliki puluhan ribu pengikut dan ribuan postingan, Yusuf juga ikut andil dalam kegiatan Sultan.

"Jadi media promosi, jadi kalau ada kegiatan Kesultanan saya ikut di situ," pungkasnya

Walau secara pribadi mendapat keuntungan dari pekerjaan ini, namun bagi Yusuf ini adalah bentuk pengabdiannya kepada kebudayaan Banjar.

"Tidak harus ada reward atau feedback dari Sultan, tapi ada kepuasan tersendiri mengurus tentang Kesultanan ini," katanya

Sosok Sultan sendiri di matanya adalah orang yang supel dan tidak berjarak dengan rakyat. Sultan, kata dia, bukan sebagai kepala pemerintah namun sebagai kepala pelindung adat dan kebudayaan Banjar.

"Waktu menjadi sultan pertama pun beliau langsung ke Belanda mencari barang-barang Banjar atau foto-foto yang pernah dulu diambil oleh Belanda kemudian dikembalikan ke sini," ungkapnya

Menutup obrolan kepada bakabar.com, Yusuf juga menyampaikan harapannya kepada generasi muda agar tidak melupakan kebudayaan daerah sendiri.

Padahal menurutnya, Kesultanan Banjar termasuk kerajaan yang cukup besar, sehingga generasi berikutnya harus ikut melestarikan apa yang telah diperjuangan oleh tokoh-tokoh besar itu.

"Lebih menyayangi, memperhatikan sejarah kebudayaan sendiri daripada kebudayaan di luar. Hargai bangsa sendiri," pesannya mengakhiri.

Baca Juga: Masyarakat Meratus di HST Belajar Menulis dan Membaca

Baca Juga: Masyarakat Meratus di HST Diajak Menanam Pohon

Reporter: Musnita Sari
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner