Haul Abah Guru Sekumpul Ke-19

Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar Kharismatik Kecintaan Umat

Abah Guru Sekumpul, ulama kharismatik dari Kalimantan Selatan yang wafat pada tahun 2005. Namun umat yang mencintainya tak putus mengadakan haul untuk Abah.

Featured-Image
Abah Guru Sekumpul. Foto-Net

bakabar.com, JAKARTAAbah Guru Sekumpul, ulama besar nan kharismatik dari Kalimantan Selatan. Beliau wafat pada tahun 2005. Namun umat yang terus mencintainya tak putus mengadakan haul untuk Abah. 

Abah Guru Sekumpul adalah ulama besar dan berpengaruh asal Kalimantan Selatan. Beliau memiliki nama asli KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari. Bahkan setelah beliau wafat, kecintaan umat pada beliau tak pernah berkurang.

Abah Guru Sekumpul lahir di Desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar pada 11 Februari 1942 atau 27 Muharram 1361 H, di desa Tunggul Irang Seberang, Martapura.

Beliau adalah putra dari pasangan Abdul Ghani bin Abdul Manaf dan Hj Masliah binti H. Mulia. Abah Guru Sekumpul ketika lahir diberi nama Qusyairi, namun karena sering sakit kemudian namanya diganti menjadi Muhammad Zaini.

Abah Guru Sekumpul lahir dari keluarga sederhana, namun orangtuanya berhasil mendidiknya sampai menjadi ulama besar.

Beliau merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Adapun silsilahnya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.

Sewaktu kecil, ia tinggal di Kampung Keraton. Itu sebabnya ia juga punya nama lain, yaitu Guru Ijai Keraton.

Beliau juga membuka perkampungan di kawasan Sungai Kacang, kala itu. Kawasan tersebut lalu diberi nama Sekumpul. Nama Tuan Guru dan Abah Guru Sekumpul inilah yang akhirnya paling dikenal khalayak.

Pecinta Ilmu yang Terus Belajar dari Ratusan Ulama

Keberhasilan Abah Guru Sekumpul tidak terlepas dari para gurunya yang jumlahnya mencapai 200 orang.

Sejak kecil, beliau mendapat pendidikan agama dengan pengawasan yang ketat dari pamannya, Syekh Semman Mulya. Beliau mulai belajar al-Qur`an di usia 5 tahun dengan Guru Hasan Pesayangan dan pada usia 6 tahun menempuh pendidikan di Madrasah Kampung Keraton.

Di usia 7 tahun beliau masuk ke Madrasah Diniyyah Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Kemudian melanjutkan pendidikan di Pesantren Darussalam selama 12 tahun (1949-1961 M). Demi menuntut ilmu agama, Abah Guru Sekumpul terus melanjutkan proses menempa diri dan keilmuannya hingga bersanad langsung ke ulama di Makkah.

Abah Guru Sekumpul dikenal haus menuntut ilmu. Beliau pergi ke berbagai wilayah di dunia untuk terus belajar. Beberapa nama ulama besar yang sempat menjadi gurunya adalah Sayyid Muhammad Amin Qutbiy, Sayyid ‘Abd al-Qadir al-Bar, Sayyid Muhammad bin ‘Alwiy al-Malikiy, Syekh Hasan Masysyath, Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, Kyai Falak Bogor dan Syekh Isma’il al-Yamani.

Semasa hidupnya, Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai ulama yang kharismatik dan memiliki banyak santri yang tidak hanya berasal dari Kalimantan, tetapi juga dari seluruh Indonesia. Bahkan ada kisah, bahwa meski Abah Guru Sekumpul sudah wafat, namun ia masih memberikan ilmunya di pedalaman Papua.

Abah Guru Sekumpul dan Karya Penting Bagi Pendidikan Islam

Abah Guru Sekumpul memiliki karya-karya yang menjadi rujukan penting bagi dunia pendidikan Islam. Diantaranya, Risalah Mubaraqah, Manaqib Asy-Syeikh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadir al-Hasani As-Samman al-Madani, Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah, dan lainnya

Abah Guru Sekumpul, wafat di Martapura pada 10 Agustus 2005 di usia 63 tahun. Ia dimakamkan di kompleks keluarga di dekat Mushola Ar-Raudhah, Kalimantan Selatan. Setelah beliau wafat, para murid dan pecintanya rutin menggelar haul untuk memperingati wafatnya Abah Guru Sekumpul.

Awal 2024 inim haul ke-19 Abah Guru Sekumpul akan digelar hari ini Ahad, 14 Januari 2024 untuk umum dan Kamis, 17 Januari 2024 bagi undangan khusus. Haul akan berlangsung di Mushola Ar-Raudhah, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Editor
Komentar
Banner
Banner