Nasional

68 Kasus Omicron di Indonesia Didominasi dari Turki dan Arab Saudi

apahabar.com, JAKARTA – 68 kasus Covid-19 varian Omicron yang tercatat di Indonesia didominasi pelaku perjalanan dari…

Featured-Image
Ilustrasi, varian Omicron. Foto-Net.

bakabar.com, JAKARTA – 68 kasus Covid-19 varian Omicron yang tercatat di Indonesia didominasi pelaku perjalanan dari Turki dan Arab Saudi.

Mengutip siaran pers Kementerian Kesehatan RI, Sejauh ini, hampir semua kasus Omicron yang terkonfirmasi merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Hanya ada 3 kasus yang tertular di dalam negeri, meski hanya 1 kasus yang diklaim sebagai penularan lokal.

“Dalam waktu dua minggu (26 Desember 2021), 46 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia. 15 orang di antaranya (32,6 persen) merupakan pelaku perjalanan dari Turki,” tulis Kemenkes, dikutip dari Detik.com, Jumat (31/12).

Beberapa negara asal pelaku perjalanan para pasien Omicron di Indonesia:
Turki
Uni Emirat Arab
Arab Saudi
Jepang
Malaysia
Malawi
Republik Kongo
Spanyol
Amerika Serikat
Kenya
Korea Selatan
Mesir
Nigeria

Para pakar menduga, mutasi pada varian Omicron menyebabkan efektivitas vaksin Covid-19 melemah. Terbukti, sebagian besar kasus yang ditemukan adalah pasien yang sudah vaksinasi lengkap.

“Sebanyak 74 persen kasus Omicron sudah divaksin lengkap,” tulis Kemenkes.

Data lengkap status vaksinasi pasien Omicron di Indonesia:
51 orang sudah divaksinasi lengkap
7 orang belum divaksinasi
6 orang baru divaksinasi satu dosis
4 orang belum diketahui status vaksinasinya
Jenis vaksin COVID-19 yang digunakan:
Sinovac 30 persen
Pfizer 30 persen
AstraZeneca 17 persen
Sinopharm 7 persen
Johnson & Johnson 5 persen
Moderna 3 persen
Lainnya 5 persen.

Pokja PINERE (Penyakit Infeksi, New Emerging, dan Re-emerging) RSPI Sulianti Saroso menyebut para pasien yang diisolasi umumnya tanpa gejala dan bergejala ringan. Rumah sakit ini juga menangani beberapa kasus probable.

“Ada beberapa kasus konfirmasi yang memiliki komorbid dan sudah mulai muncul tanda hiperkoagulopati meskipun pasien ini merasa tanpa gejala, itu yang kita harus tetap waspadai,” kata Ketua Pokja dr Pompini Agustina Sitompul dalam webinar Kamis (30/12).

Hiperkoagulopati merupakan gangguan pembekuan darah yang bisa muncul pada penyakit infeksi. Belum dipastikan apakah kondisi tersebut berdampak pada fungsi organ yang lain.

Kasubdit Pelayanan Kegawatdaruratan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Asral Hasan menyebut belum banyak temuan kasus Omicron pada anak-anak. Usia terbanyak dari kasus yang ditemukan adalah 40-an tahun.

“Mayoritas kasus berusia 40-49 tahun ada 34 persen, dan mayoritas berjenis laki-laki ada 60 persen,” papar Asral dalam webinar online, Kamis (30/12).

Sementara itu, Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada 23 Desember 2021 menyimpulkan, varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat dibanding varian Delta. Karakteristik ini muncul di negara yang sudah mengalami transmisi komunitas.

Tingkat keparahan Omicron terwakili dengan 29 kasus kematian di Inggris. Risiko pertawatan gawat darurat diperkirakan 15-25 persen lebih rendah dibanding varian Delta, dan rawat inap 1 hari atau lebih akibat Omicron 40-45 persen lebih rendah.

Para ilmuwan juga menyimpulkan, mutasi pada varian Omicron menguraingi efektivitas antibodi monoklonal termasuk Ronapreve (kombinasi Casirivimab dan Imdevimab). Data awal menunjukkan antibodi Sotrovimab masih bisa menghambat Omicron.



Komentar
Banner
Banner