Histori

6 Maret: Menelusuri Hari Pengangguran Internasional

Pada 6 Maret 1930, ribuan kepala memadati muka Gedung Putih, Amerika Serikat. Inilah yang melahirkan Hari Pengangguran Internasional

Featured-Image
Pengguran melakukan unjuk rasa akibat The Great Depression (Foto: dok. Library of Congress)

bakabar.com, JAKARTA - Hampir seabad silam, tepatnya pada 6 Maret 1930, ribuan kepala memadati muka Gedung Putih, Amerika Serikat. Demonstrasi besar-besaran terjadi. Aksi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Hari Pengangguran Internasional.

Unjuk rasa berlangsung di berbagai wilayah Negeri Paman Sam. Sebut saja, New York, Detroit, Chicago, Boston, Milwaukee, Pittsburgh, dan Washington. Malahan, gerakan ini meluas hingga ke sejumlah kota di Eropa.

Para demonstran kompak menyuarakan satu keinginan: menuntut pekerjaan dan upah sebagai respons atas melonjaknya angka pengangguran. Namun, bentrok dengan pihak kepolisian pun tak terelakkan, sebagaimana yang terjadi di Chicago. 

Aksi yang dihadiri 50 ribu kepala ini berlangsung sepuluh hari lamanya. Selama itu pula, pertempuran dengan polisi terus mewarnai demonstrasi.

Siapa sangka, carut marut di jalan yang demikian rupanya sudah ‘direncanakan’ oleh Komite Eksekutif Komunis Internasional (ECCI). Sejak Februari, mereka menggelar rapat di Moskow, Rusia, soal lonjakan angka pengangguran di AS.

Imbas dari The Great Depression

Lonjakan pengangguran itu sendiri adalah imbas dari The Great Depression yang melanda AS sedari 1929. Sepuluh tahun lamanya, ekonomi Paman Sam mengalami krisis besar, yang juga memengaruhi kondisi keuangan dunia.

Krisis ekonomi yang demikian terjadi di masa kepemimpinan Presiden Herbert Hoover, di mana ditandai dengan merosotnya bursa saham New York pada 29 Oktober 1929. Akibatnya, banyak investor kehilangan kepercayaan dan mulai menjual saham.

Pada rentang 1929 hingga 1932, produk domestik bruto dunia turun sekitar 15 persen. Keadaan ini berlangsung hingga awal Perang Dunia II.

Jumlah uang yang beredar di masyarakat pun mengalami penurunan drastis, lantas membuat mereka berhemat dan mengerem pengeluaran secara masif. Sampai akhirnya, sederet pabrik terpaksa menurunkan produksi dan mulai memecat pegawai.

Itulah yang menyebabkan tingginya angka pengangguran. Sebagaimana dilaporkan ISR, jumlah pengangguran di AS pada 1930 mencapai enam juta jiwa. Sedangkan, Jerman dan Inggris masing-masing ada di angka 3,5 juta dan lebih dari 2 juta jiwa. 

Secara keseluruhan, The Communist International (Komintern) menaksir sebanyak 17 juta jiwa menganggur di negara-negara kapitalis primer, dengan 60 juta orang terdampak parah.

Secercah Asa di Tangan Roosevelt

Satu dekade lamanya Negeri Paman Sam dilanda keterpurukan. Sampai akhirnya, secercah harapan muncul saat Franklin Delano Roosevelt naik menjadi Presiden ke-32 AS pada 1933.

Tak butuh waktu lama, sesaat setelah pelantikannya, Roosevelt  mengeluarkan titah pertama. Pada hari peresmian presiden, yakni 4 Maret 1933, dia memerintahkan menutup bank yang tersisa di setiap bagian negara AS.

Roosevelt lantas meneken beleid yang dirancang guna menstabilkan produksi industri dan pertanian, menciptakan lapangan pekerjaan, serta merangsang pemulihan ekonomi. Dia bahkan turut mereformasi sistem keuangan dengan menciptakan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

Sistem tersebut semacam lembaga penjamin simpanan untuk melindungi rekening deposan. Tak cuma itu, Roosevelt pun menciptakan lembaga yang diberi nama Securities and Exchange Commision (SEC) guna mengatur pasar saham dan mencegah krisis saham seperti pada 1929.

Perlahan tapi pasti, ekonomi AS pun mulai pulih. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh pada tingkat sembilan persen per tahun, dan angka pengangguran kian menurun.

Editor


Komentar
Banner
Banner