bakabar.com, AMUNTAI – Nyaris dua bulan sudah kematian Imam Ma’rif. 12 November, anak kedua politikus Nasdem Hulu Sungai Utara, Munawari itu meregang nyawa di persawahan, Desa Palimbangan, Haur Gading.
Hingga kini penyebab kematian Imam terus diragukan pihak keluarga.
Bagaimana tidak, Imam yang dikenal pandai berenang tewas di sebuah kubangan air yang hanya setinggi 20 centimeter.
Munawari yakin ada faktor lain mengapa anaknya bisa mati lemas. Meski begitu, sang istri tak kuasa membiarkan anaknya diautopsi.
“Istri saya tidak tega,” ujar Munawari kepada bakabar.com.
Praktis, Munawari hanya bisa bergantung pada penyelidikan polisi.
Guna mengungkap kejanggalan kematian anak Munawari, polisi masih terus melakukan penyelidikan.
“Penyelidikan masih berjalan,” ujar Kapolres HSU AKBP Afri Darmawan, Senin (3/12).
Sampai hari ini sudah 21 orang diperiksa sebagai saksi dari sebelumnya 15 orang.
Dari puluhan saksi yang diperiksa, satu di antaranya adalah rekan Imam berinisial F.
Siang itu F adalah orang terakhir yang pergi bersama korban mencari itik di persawahan Palimbangan.
Afri mengakui jika keterangan F selalu berubah-ubah. Karenanya, polisi membawa F ke Rumah Sakit Jiwa di Kandangan.
“Untuk dites kejiwaannya,” ujar mantan kepala Subdit Regident Ditlantas Polda Kalsel ini.
Sembari menunggu hasil pemeriksaan kejiwaan F keluar, pemeriksaan saksi akan kembali dilakukan.
Afri tak menutup kemungkinan jumlahnya bertambah lagi.
“Jadi pemeriksaan sampai saat ini masih dilakukan penyelidikan dan akan terus menggali keterangan dari saksi lainnya,” Afri mengakhiri.
Jumat 12 November, Imam ditemukan tak sadarkan diri di sebuah kubangan sawah Desa Palimbangan RT 02, Haur Gading, Kabupaten HSU.
Tepat di depan pohon sawo itu Imam ditemukan dalam posisi tertelungkup. Mulut, hidung hingga dadanya sudah penuh lumpur.
Seorang bidan desa memeriksa Imam yang sudah tak sadarkan dan tidak bergerak sedikitpun.
"Sudah meninggal," ujar bidan itu.
Orang yang kali pertama menemukan Imam adalah F, dan AT. Hanya keduanyalah yang tahu persis penyebab kematian Imam sebenarnya.
"Kami curiga ada yang mereka lindungi," tutur Munawari.
Rencana autopsi sempat mencuat. Namun batal melihat istri Munawari yang tak tega makam anaknya dibongkar.
Kendati begitu, keluarga tetap berkukuh Imam bukan meninggal karena tenggelam.
“Mulut anak saya banyak tanah seperti ada tekanan ke bawah air terhadap korban, sangat janggal," ujarnya.
Pihak keluarga sangat yakin Polres HSU bisa segera menetapkan tersangka penyebab kematian Imam.
Keterangan saksi di halaman selanjutnya:
Munawari curiga jika F menyembunyikan informasi mengenai penyebab kematian Imam yang sebenarnya.
"Setiap kali ditanya ia selalu berbohong," kata Munawari.
F menjadi orang terakhir yang pergi bersama Imam. Siang itu mereka hendak mencari itik di areal persawahan RT 02, Desa Palimbangan Gusti, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten HSU.
Munawari sempat meminta F untuk menunjukkan rute bersama Imam berangkat ke sawah.
"Pertama kali, ia bilang bersama Imam lewat sebuah gang, terus ke sebelah kiri sampai ke TKP," ujar Munawari.
Namun saat ditanya lagi, F mengubah keterangannya. Dalam keterangan kedua, F bilang melewati sebuah jembatan kayu hingga Imam menaiki sebuah sampan seorang sendiri.
Sementara F hanya menunggu di jembatan. Dari kejauhan, ia melihat Imam sampai ke sebuah pohon sawo menggunakan sampan itu.
Itu, kata Munawari, adlaah pengakuan saksi sebelum mendapat itik buruan mereka.
"Tapi, setelah pengacara saya menanyai bagaimana setelah dapat itik, berubah lagi pengakuannya bahwa mereka naik jukung bersama-sama ke TKP dan menangkap itik," jelas ketua DPD Partai Nasdem HSU ini.
Tak sampai di situ, Munawari juga sempat menanyakan keputusan saksi tersebut pulang seorang diri meninggalkan Imam.
"Dia bilang mau ke masjid disuruh abahnya (ayahnya)," ujar Munawari.
Sesudah pemakaman Imam, dan disaksikan banyak orang termasuk keluarga saksi, sekali lagi rekan sebaya Imam ini berkelit.
Dia mengaku tak sampai ke masjid. Saat di pertengahan jalan menuju masjid, ia putar balik pulang ke rumah.
Keterangan ini, sebut Munawari, juga didengar oleh Yanuar Kanit Intel Polres HSU.
Sementara itu, seseorang warga justru melihat F berada di masjid. Dan sempat meminta kepadanya untuk keluar.
"Saksi Salat Jumat berhalat (berjarak) 3 orang dengannya, keterangan ini berbeda dengan yang dikatakan saksi," beber Munawari.
Munawari telah menyampaikan semua temuan pihaknya itu ke penyidik Polres HSU.
"Sudah saya sampaikan ke penyidik, tapi baru melalui chat WhatsApp," tutur ketua Komisi III DPRD HSU ini.
Lebih jauh, Munawari menampik jika anaknya itu punya riwayat penyakit serius.
"Anak saya ini sehat bugar. Pintar berenang. Pintar menyelam. Meninggal air itu sangat tidak wajar," terangnya.
Saat ia mengutus tim kuasa hukumnya mengecek lokasi penemuan jasad Imam, kejanggalan kembali bertambah.
Pasalnya, ketinggian air di kubangan itu hanya 20 centimeter. Munawari sendiri memiliki tinggi 155 centimeter.
"Anak setinggi itu bagaimana bisa tenggelam," ujarnya.
Sekali lagi, Munawari hanya bisa berharap kepada kepolisian mengusut tuntas setiap kejanggalan yang didapat mereka.
"Kami mengapresiasi Polres HSU dan jajarannya terutama kepada bapak kapolres yang langsung turun ke TKP terlebih lagi kasat reskrim jajarannya yang sudah tiga kali ke TKP berjibaku dengan lumpur guna mengumpulkan bukti-bukti," ungkap Munawari.
Dilengkapi oleh Al-Amin
Kematian Janggal Anak Ketua Nasdem Amuntai, Keluarga Curigai Saksi