Sampah Mikroplastik

5 Provinsi Tercemar Mikroplastik, Jawa Timur Paling Tinggi

Masalah mikroplastik lebih besar dari yang biasa diperkirakan. Ancaman besar mengintai manusia dan lingkungan

Featured-Image
Ilustrasi Pengangkutan sampah di Bekasi. Foto: Tempo

bakabar.com, JAKARTA - Sampah plastik menjadi masalah utama. Ancaman besar mengintai manusia dan lingkungan. 

Sebabnya ditemukan partikel mikroplastik dari beberapa komponen kehidupan mulai dari air, udara, ikan, hingga dalam darah, asi bahkan paru-paru manusia cukup jadi perhatian.

Kini plastik tak hanya menjangkit sungai atau lingkungan, tapi sudah masuk dalam tubuh manusia. Kekhawatiran ini juga jadi concern tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) untuk lakukan penelitian.

Kompleksitas permasalahan microplastik yang cukup pelik juga belum menghentikan kegiatan produksi plastik. Rabu (4/1). 

Sampai saat ini masih tetap berjalan bahkan muncul masalah lain, Waste to Energy (WTE) yaitu mengubah sampah plastik jadi energi. Tetapi hal tersebut dapat melepaskan mikroplastik beserta bahan racun plastik ke lingkungan.

Berdasarkan data Tim ESN pada tahun 2022 hasil uji kandungan mikroplastik pada 68 sungai strategis nasional menunjukkan, lima provinsi yang paling tinggi terhadap kontaminasi partikel mikroplastik yaitu Provinsi Jawa Timur ditemukan 636 partikel/100 liter, Provinsi Sumatera Utara ditemukan 520 partikel/ 100 liter, Provinsi Sumatera Barat ditemukan 508 partikel/100 liter, Provinsi Bangka Belitung 497 partikel/100 liter, Provinsi Sulawesi Tengah 417 partikel/100 liter.

Kontaminasi mikroplastik di sungai indonesia tahun 2022 didominasi oleh Fiber, Film, Fragmen, Pellet, dan Foam.

Fibre (Serat) 49.20 %, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil.

Fibre juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena faktor alam (suhu, arus air dll)

Film (Filamen) 25.60 %, berasal dari degradasi sampah plastik tipis dan lentur (kresek dan kemasan plastik single layer SL),

Sedangkan fragment 18.60 %, berasal dari deradasi sampah plastik kaku dan tebal (kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun).

Pellet 4 %, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik.

Foam 0,4 %, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lainya meliputi poliestirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).

Berdasarkan data Kementrian PUPR 2020 yang dikelola oleh FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran), menyebutkan bahwa tata kelola sampah di Indonesia belum merata, regulasi terkait tata kelola sampah di level daerah masih minim.

Dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia hanya 45% yang sudah memiliki Perda Persampahan dan Perda Retribusi Persampahan. Sementara itu, Presiden Jokowi meminta pengelolaan sampah harus menjadi program penting dibuat terpadu dan sistemik.

Keterlibatan masyarakat dan swasta serta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pengelolaan sampah masih dilakukan dengan tradisional memakai pola land field. Presiden Jokowi mengatakan bahwa pola ini sangat berbahaya karena hanya buang, angkut dan timbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Selain itu Prigi Arisandi Aktivis Lingkungan Ecoton menjelaskan pemanfaatan sampah saat ini masih sangat kecil. Hanya sekitar 7,5% dari total sampah yang menumpuk setiap hari.

"Masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup," ungkapnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner