bakabar.com, BANJARBARU – Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin, membeberkan rencana pembangunan Kota Idaman, mulai dari stadion, mitigasi banjir, sampai pemindahan 46 hektare wilayah kumuh.
Untuk merealisasikan itu, Aditya membidik bantuan dari Pemerintah Pusat.
“Seminggu yang lalu kita sudah mengekspos rencana kerja, jadi ada beberapa program yang kami sampaikan yang pertama mitigasi banjir di Banjarbaru. Kita memanfaatkan lahan eks tambang PT Galuh Cempaka, jadi insyaallah dalam beberapa tahun ke depan kita akan memiliki 300 hektare lebih embung dari eks tambang,” ujar Aditya saat dijumpai awak media, Jumat (9/4/2021).
Merealisasikan itu, Pemkot katanya sudah membuat tim mitigasi banjir. Bukan abal-abal, Aditya menggandeng ahli hidrologi lulusan Australia untuk membantu.
“Leading sektor pertama Dinas PUPR dan dari LH. Kita juga gaet ahli hidrologi lulusan Australia, dia pernah jadi konsultan juga di Rusia dan Afrika Selatan, beliau akan membantu kita dalam mitigasi banjir,” jelasnya.
Kedua, ihwal pembangunan Stadion Banjarbaru. Aditya mendapat lampu hijau dari Kemenpora dan Kementerian Bappenas untuk mewujudkan itu.
“Kata Menteri Bappenas kalau Menpora setuju, mereka setuju. Lalu Senin, 5 April kita ke Menpora terkait stadion. Dan alhamdulillah beliau mengiyakan. Tinggal kita menyiapkan perencanaan lengkapnya. Semoga tahun ini selesai perencanaannya, tahun depan bisa direalisasikan,” ungkapnya.
Ketiga, kata Aditya, Banjarbaru mendapatkan program buy the service (BTS) dari Kemenhub RI yang disemogakannya dapat terealisasi di 2021.
“Kalau bisa kita membangun shelter untuk bis keliling di Banjarbaru, nanti yang membayar pelayanan ini Kementerian. Mudah mudahan ini bisa direalisasikan,” terangnya.
Sehingga, Aditya bilang, di era kepemimpinanya yang masih berumur 42 hari ini, sudah ada banyak program yang dikerjakan. Termasuk PR yakni menyelesaikan 46 hektare wilayah kumuh di Banjarbaru.
“46 hektare wilayah kumuh ini telah kita sampaikan ke Kementerian Bappenas, dan mereka meminta kita memindah wilayah kumuh ke daerah yang masih kosong. Kita diminta menyediakan lahannya. Pemkot yang memindah daerahnya, PUPR RI yg membangunkan rumahnya,” bebernya.
Namun, kata Aditya, itu menjadi hal yang sulit karena urusan memindahkan wilayah itu memerlukan proses yang lama sebab dibutuhkan surat menyurat ihwal kepemilikan tanah dari wilayah kumuh yang nantinya dipindah ke wilayah baru. Belum lagi, untuk warga yang tidak memiliki surat kepemilikan tanah di wilayah kumuh.
Untuk itu, ia dan wakilnya Wartono kudu menggodok matang perencanaan pemindahan wilayah kumuh tersebut.
“Ini sulit, ini masih menjadi PR kami. Apakah yang punya surat dan tidak punya surat akan disamakan, lalu ukurannya tanah mereka pun berbeda, tapi kami berusaha sebaik mungkin dan sebisa mungkin membangun Kota Banjarbaru,” imbuhnya.
Aditya meminta, agar masyarakat Banjarbaru mendukung dan mendoakannya agar pembangunan di Kota Idaman dapat berjalan lancar.
“Alhamdulillah di umur yang baru ini sudah banyak yang kami kerjakan meski belum terasa” tutupnya.
Sebagai informasi, rekayasa jalan di depan Balai Kota Banjarbaru juga merupakan inisiatif dari Wali Kota Banjarbaru.
Rekayasa Lalin itu, sebagai upaya memecah kepadatan pengendara di kawasan sekitar Lapangan Murjani, dan meminimalkan ketidakdisiplinan pengendara yang dapat membahayan pengendara lainnya.