bakabar.com, JAKARTA - Permintaan global untuk baterai lithium diperkirakan melonjak lebih dari lima kali lipat pada tahun 2030, karena lebih banyak orang memilih kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi.
Hal itu diungkapkan aliansi publik-swasta Li-Bridge pada Rabu (15/2). Di Amerika Serikat permintaan baterai lithium diperkirakan tumbuh lebih dari enam kali lipat dan diterjemahkan menjadi 55 miliar dolar AS per tahun pada akhir dekade ini.
"Tetapi negara tersebut diperkirakan masih bergantung pada impor untuk pasokannya," tulis laporan itu.
Li-Bridge berupaya mempercepat pengembangan rantai pasokan yang kuat untuk baterai berbasis litium dan koordinasi dipimpin oleh Argonne National Laboratory yang didanai oleh Departemen Energi AS.
Baca Juga: Perusahaan Baterai EV Milik Sandiaga Uno Siap IPO Tahun Ini
Baca Juga: Tak Kebagian Subsidi Kendaraan Listrik, Pengusaha Bus Cemburu?
Permintaan kendaraan listrik (EV) telah melonjak selama beberapa tahun terakhir, karena konsumen yang sadar iklim membeli mobil dengan powertrain listrik, di tengah melonjaknya harga bahan bakar fosil.
"Baterai lithium akan memberi daya pada berbagai kendaraan selama beberapa tahun ke depan. Juga akan sangat penting untuk sistem militer dan elektronik konsumen, medis, dan industri," ungkap laporan itu.
Menurut Li-Bridge, dalam kondisi saat ini perusahaan dan pekerja AS akan menangkap kurang dari 30 persen nilai sel yang dikonsumsi di dalam negeri.
"Kurangnya rantai pasokan baterai lithium yang substansial di Amerika Serikat dan kurangnya akses yang aman ke bahan energi menimbulkan ancaman serius bagi keamanan nasional dan ekonomi AS," kata Li-Bridge.