Stres Dan Burnout

Stres dan Burnout, Mirip tapi Tak Sama

Stres dan Burnout mungkin terdengar sama karena terkait dengan tekanan, namun dua hal ini sebenarnya berbeda.

Kenali apa itu stres dan burnout. Foto: people images/istock photo

apahabar.com, JAKARTA – Stres atau Burnout mungkin terdengar sama karena terkait dengan tekanan. Namun dua hal ini sebenarnya berbeda. 

Stres dan burnout adalah dua konsep yang terkait erat, tetapi memiliki perbedaan penting dalam hal gejala, penyebab, dan dampaknya. Berikut adalah perbedaan antara stres dan burnout dikutip dari PsychCentral.

Stres

stres adalah respons umum terhadap tekanan dan tuntutan. Foto: whyframestudio/istock photo

Stres merujuk pada respons tubuh terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Ini adalah reaksi fisiologis dan psikologis terhadap situasi atau peristiwa yang dianggap mengancam.

Penyebab: Stres dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk tuntutan pekerjaan, tekanan sosial, masalah keuangan, dan perubahan hidup. Ini bisa bersifat sementara atau kronis.

Baca Juga: Stres dan Perubahan Hormon Percepat Penuaan Dini

Gejala: Gejala stres dapat meliputi ketegangan otot, cemas, frustrasi, mudah marah, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan. Secara umum, stres dapat menghasilkan reaksi "fight or flight" yang mengaktifkan sistem saraf simpatik.

Dampak: Jika tidak dikelola dengan baik, stres berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan mental, seperti penyakit jantung, gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Burnout

Burnout lebih merupakan tahap lanjutan dari stres kronis yang ditandai dengan kelelahan emosional yang mendalam dan kehilangan minat terhadap pekerjaan. Foto: edwin tan/istock photos

Burnout adalah kondisi yang terkait erat dengan stres kronis, tetapi lebih fokus pada perasaan kelelahan emosional, kehilangan minat atau semangat dalam pekerjaan, dan perasaan tidak berdaya.

Penyebab: Burnout umumnya terjadi akibat tekanan kerja yang berkepanjangan dan intensif. Ini bisa terjadi ketika seseorang merasa terlalu terlibat secara emosional dalam pekerjaan, merasa terus-menerus tidak dihargai atau tidak memiliki kendali atas situasi, dan mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang tersedia.

Gejala: Gejala burnout meliputi kelelahan kronis, perasaan kekosongan atau kehilangan minat, penurunan performa kerja, sikap negatif terhadap pekerjaan, distansi emosional dari tugas-tugas kerja, dan bahkan gejala fisik seperti sakit kepala atau gangguan tidur.
Baca Juga: Mencintai Diri Sendiri Ternyata Bisa Mengurangi Stres
Dampak: Burnout dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan fisik dan mental individu. Ini dapat menyebabkan depresi, kecemasan, gangguan tidur, penurunan imunitas, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

“Mengalami reaksi-reaksi ini dapat menciptakan spiral keputusasaan dan kekacauan emosional,” kata Dr. Mary Ann V. Mercer, seorang psikolog dan penulis dari Barrington, Illinois, dikutip dari PsychCentral.
Stres adalah respons umum terhadap tekanan dan tuntutan, burnout lebih merupakan tahap lanjutan dari stres kronis yang ditandai dengan kelelahan emosional yang mendalam dan kehilangan minat terhadap pekerjaan.
Mengenali perbedaan antara kedua konsep ini penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengelolaan yang tepat guna menjaga kesejahteraan fisik dan mental.
Mengatasi stres dan burnout memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan perubahan gaya hidup, manajemen waktu, dukungan sosial, dan tindakan untuk merawat kesejahteraan fisik dan mental.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan burnout:

Mengatasi Stres
1. Identifikasi Sumber Stres: Kenali apa yang menyebabkan stres dalam hidup Anda. Identifikasi faktor penyebabnya dapat membantu Anda mengambil tindakan konkret untuk mengelola atau menghindari stres tersebut.

2. Relaksasi dan Meditasi: Terapkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau peregangan. Ini dapat membantu menenangkan sistem saraf Anda dan mengurangi ketegangan.

3. Olahraga Teratur: Lakukan aktivitas fisik secara rutin. Olahraga dapat meredakan stres dengan melepaskan endorfin, yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan.
Ilustrasi seorang pekerja sedang stres. Foto-Pexels via Antara



4. Manajemen Waktu: Atur jadwal harian Anda dengan bijak. Prioritaskan tugas, buat daftar tugas, dan tetapkan waktu untuk istirahat. Mengelola waktu dengan efektif dapat mengurangi tekanan.

Mengatasi Burnout
1. Istirahat dan Self-Care: Berikan diri Anda waktu untuk istirahat yang cukup. Fokus pada self-care dengan merawat tubuh dan pikiran Anda melalui tidur yang cukup, nutrisi yang baik, dan aktivitas yang menyenangkan.

2. Atur Batas Kerja: Tentukan batasan yang jelas antara pekerjaan dan waktu pribadi. Hindari membawa pekerjaan ke rumah dan pastikan Anda memiliki waktu untuk melepaskan diri dari tekanan pekerjaan.

3. Minta Dukungan: Bicarakan perasaan Anda dengan teman, keluarga, atau seorang profesional kesehatan mental. Mendapatkan dukungan dari orang lain dapat membantu Anda merasa didengar dan dipahami.

4. Rencanakan Liburan atau Istirahat: Berikan diri Anda cuti yang layak untuk beristirahat dan menyegarkan diri. Pergi berlibur atau meluangkan waktu untuk beristirahat dari rutinitas sehari-hari dapat membantu mengurangi burnout.

5. Temukan Makna dalam Pekerjaan Anda: Cari makna dan kepuasan dalam pekerjaan Anda. Temukan aspek-aspek yang memberi Anda rasa prestasi dan kepuasan.

6. Pelajari Cara Mengatakan "Tidak": Jangan ragu untuk menolak tanggung jawab yang berlebihan atau permintaan yang tidak masuk akal. Belajar mengatakan "tidak" dapat membantu Anda menjaga keseimbangan dan mencegah kelelahan.

7. Jangan Ragukan Diri Sendiri: Hindari self-criticism yang berlebihan. Ingatlah bahwa Anda tidak harus sempurna dan bahwa kelelahan adalah hal yang alami.