bakabar.com, BANJARMASIN – Video syur dua pria yang salah satunya terkonfirmasi sebagai mahasiswa sebuah kampus ternama di Banjarmasin jadi topik hangat.
Kasus ini lantas ikut memantik perhatian Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah. Menurutnya, tentu saja perilaku si pemuda tak bisa ditolerir. Baik secara sosial, budaya, apalagi agama. Terlebih, terjadi di Banjarmasin. Yang masyarakatnya dikenal religius.
“Tidak bisa dibenarkan, sebab tidak ada satu pun ajaran agama yang memperbolehkan hal tersebut,” ungkap dosen Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM itu, Kamis (22/9).
Apalagi, kata dia, perilaku menyimpang tersebut direkam dan belakangan tersebar ke publik. Barang tentu menyedot perhatian masyarakat luas.
Namun begitu, menurutnya, masyarakat juga perlu bijak untuk melihat lebih jauh. Jangan lantas melakukan penghakiman secara berlebihan. Sebab, pintu untuk berubah menjadi lebih baik, selalu ada dan terbuka lebar.
Bukan tak mungkin peristiwa serupa menimpa siapa saja. Tanpa memandang status sosial, termasuk kalangan mahasiswa yang notabene adalah individu berpendidikan.
Menurutnya, salah satu yang terpenting saat ini adalah upaya penyembuhan psikologis si pemuda. Juga bagaimana mengembalikan orientasi seksual yang bersangkutan ke arah normal.
“Banyak pendekatan yang mesti dilakukan, baik kultural, sosial, medis dan agama,” tuturnya.
Setelah video syur dirinya beredar, AS, si mahasiswa langsung membuat laporan polisi. Penyelidikan tengah bergulir.
AS sendiri merasa dirugikan lantaran video tersebut direkam diam-diam. Saat itu dirinya mengaku dalam kondisi dalam pengaruh minuman keras oleh JI. JI adalah rekan sepergaulannya.
“Saya tidak sadar jika sedang berhubungan dengan laki-laki,” ujarnya kepada pihak kampus.
Sudah ditebak, belakangan video tersebut dijadikan alat oleh JI untuk mengancamnya. JI meminta sesuatu kepada AS sembari mengancam akan mengedarkan video tersebut.
Lantaran tak kunjung menurut, JI diduga menyebarkan video tersebut. Pihak kampus pun bersikap. Mereka merekomendasikan agar AS yang tengah menanti yudisium undur diri.
“Sekarang yang terpenting untuk dilihat adalah apakah ada atau tidaknya kesadaran dari individu yang bersangkutan,” tandasnya.