bakabar.com, JAKARTA – Pemerintah Turki dikabarkan berminat mendatangkan vaksin nusantara.
Kabar itu disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Biokimia, dan Biologi Molekular Universitas Airlangga Prof Chairul Anwar Nidom.
Lantas, apa alasan Turki melirik vaksin yang justru menjadi polemik di Indonesia itu?
Menurut Nidom, hal itu boleh jadi disebabkan karena Vaksin Nusantara berasal dari darah calon penerima vaksin.
“Sehingga aman,” ujarnya dilansir dari Bisnis.com, Rabu (25/8).
Butuh waktu 7 hari untuk penyuntikan vaksin setelah darah dari calon penerima vaksin diambil dan diproses, serta siap disuntikkan.
Alasan kedua, Vaksin Nusantara tidak mengandung bahan kimia atau benda asing seperti vaksin konvensional menggunakan aluminium hidroksida untuk meningkatkan antibodi.
Zat ini, menurut Nidom, bisa bersifat neurotoksik di dalam tubuh atau disebut neurotoksin. Adapun, gejala yang bisa muncul antara lain kejang, serangan jantung.
Neurotoksin adalah zat sintetis atau alami yang merusak, menghancurkan, atau mengganggu fungsi sistem saraf pusat dan atau perifer (sistem saraf tepi).
Sehingga dari segi agama, Vaksin Nusantara aman. Karena tidak mengandung zat atau mineral lain, diproses dari darah orang yang akan divaksin.
“Juga aman untuk orang yang memiliki komorbid," ujar Nidom.
Dari hasil uji klinis fase 1 dan 2, 17 hari setelah penyuntikan, maka muncul antibodi untuk melawan Virus Corona SARS-CoV-2 dan tidak ada efek samping (KIPI) serius, tambah Nidom.
Sebelumnya, niat mengimpor Vaksin Nusantara disampaikan Turki secara pribadi kepada Terawan pada 1,5 bulan lalu.
Selain itu, Turki juga menawarkan diri sebagai lokasi uji klinis fase 3 Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik itu.
“Jadi, untuk Turki, vaksin Nusantara ini justru menguntungkan, karena terus terang dari aspek risiko toksisitas (keracunan), faktor sosial agama itu kan enggak ada masalah. Jadi kalau dia bisa menangkap itu, paling tidak negara Islam akan di-cover sama Turki,” katanya.