DPRD Kalsel

Gara-Gara Reklamasi, Izin Tambang Adaro Terancam Tak Diperpanjang

apahabar.com, BANJARMASIN – PT Adaro Indonesia tak lama lagi habis kontrak. Izin tambang mereka habis pada…

Featured-Image
Izin tambang raksasa Adaro berakhir tahun depan. Foto: Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – PT Adaro Indonesia tak lama lagi habis kontrak. Izin tambang mereka habis pada 2022 mendatang.

Saat ini, izin PKP2B generasi pertama itu digunakan menambang di Kalimantan Selatan. Tepatnya di daerah Kabupaten Tabalong, Balangan, hingga Barito Timur, Kalimantan Tengah.

Namun sayang, jelang habisnya masa kontrak perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu belum menyelesaikan kewajiban reklamasi bekas tambang.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tabalong Habib Muhammad Taufani Al-Kaff memastikan pemulihan lahan pasca-tambang Adaro baru mencapai 18 persen.

“PT Adaro kembali akan memperpanjang kontrak setelah PK2PB berakhir pada Oktober 2022. Namun kewajiban reklamasi baru dilakukan 18 persen,” katanya usai berkonsultasi dengan Komisi III DPRD Provinsi Kalsel di Banjarmasin, baru tadi.

Sesuai UU nomor 3 Tahun 2020, kata dia, sebelum pengusulan perpanjangan kontrak baru PKB2B perusahaan harus memperhatikan syarat reklamasi 100 persen lahan bekas galian tambang.

“Kalau belum memenuhi syarat 100 persen reklamasi lahan bekas tambang, maka sesuai aturan, kontraknya tidak bisa diperpanjang,” ujarnya.

Masih mengacu UU Nomor 3 Tahun 2020, kewenangan perpanjangan izin PK2PB berada di pemerintah pusat.

“Izin perpanjangan memang merupakan kewenangan pusat, tetapi akan tetap dikawal di daerah melalui persyaratan Amdal karena kita yang memiliki wilayah,” katanya.

Politikus PAN itu lantas meminta dukungan DPRD dan Pemprov Kalsel. Termasuk juga Pemkab Tabalong. Agar saat kontrak berakhir, reklamasi Adaro sudah 100 persen.

“Bila belum menyelesaikan kewajiban reklamasi, maka perpanjangan kontrak tidak bisa dipenuhi,” ujarnya.

Sebelumnya PT Adaro pernah dipanggil ke DPRD Tabalong mengenai reklamasi bekas galian tambang yang baru terlaksana 18 persen tersebut.

“PT Adaro, meminta waktu selama tiga tahun hingga 2023 untuk menyelesaikan reklamasi galian bekas tambang 100 persen, padahal kontrak PKP2B Adaro berakhir per tanggal 1 Oktober 2022,” kata Ketua Komisi III DPRD Tabalong H Supoyo.

Kontrak ADARO Mau Habis, Walhi Ingatkan Bom Waktu Lingkungan Hidup

Sementara, Ketua Komisi III DPRD Kalsel Sahrujani mengatakan kontrak PKP2B PT Adaro akan berakhir pada Oktober 2022 dan besar kemungkinan akan diperpanjang.

“Komisi III pada dasarnya tetap mendukung perpanjangan kontrak PT Adaro sepanjang memang sesuai aturan karena kontrak juga menyangkut investasi dan kepentingan daerah,” katanya.

Terkait informasi bahwa perusahaan tambang batu bara yang saham terbesarnya dimiliki Garibaldi Thohir, kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir, baru melakukan reklamasi 18 persen Sahrujani mengaku belum tahu.

“Intinya sepanjang sesuai aturan yang berlaku kami mendukung karena juga menyangkut kepentingan daerah. Terkait soal reklamasi baru 18 persen kami belum menerima informasi,” kata politikus Golkar itu.

Tahun ini, Adaro telah menetapkan target produksi batu bara mencapai 52 juta-54 juta ton, meski menurun dibanding tahun lalu 54,53 juta ton.

Terpisah, Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyo juga meminta Adaro segera merealisasikan janji reklamasi mereka.

“Perusahaan wajib melaksanakan kewajiban reklamasi 100 persen mengingat dampak lingkungan dan ekonomi yang akan dirasakan daerah pascatambang,” ujar Kisworo dihubungi bakabar.com.

Walhi kembali mengingatkan ancaman bom waktu lingkungan hidup seiring berakhirnya kontrak Adaro.

Data Walhi, Kalsel memiliki 814 lubang tambang yang tersebar di delapan kabupaten. Kabupaten Banjar memiliki 117 lubang tambang di urutan pertama setelah Tanah Bumbu (264 lubang), dan Tanah Laut (223 lubang).

Lubang-lubang itu ada di dalam dan di luar konsesi. Terhitung ada 638 lubang berada di 123 konsesi. Sisanya diduga adalah pertambangan ilegal atau pertambangan tanpa izin.

"Kewajiban pemilihan lingkungan, reklamasi, lubang-lubang yang masih menganga. Terkait royalti dan PAD juga harus transparan. Sebanding atau tidak kerusakan dengan dana yang diterima oleh negara serta daerah kita. Bukan hanya sekadar memberi ganti rugi atau pesangon," papar Kisworo kepada bakabar.com, Minggu (14/2).

Jawaban Adaro

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

HALAMAN
12


Komentar
Banner
Banner