bakabar.com, CANBERRA – Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Canberra, Australia, selama dua hari menandai 70 tahun hubungan kedua negara dan akan diisi dengan berbagai kegiatan di bidang politik maupun ekonomi.
“Kunjungan presiden ini ada beberapa makna yang penting, tahun ini adalah 70 tahun hubungan Indonesia-Australia. Hari pertama besok adalah penyambutan kenegaraan yang akan dilakukan di Government House yang akan diteruskan dengan pertemuan dengan gubernur jenderal dan jamuan makan kenegaraan,” kata Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi di Canberra, Sabtu (08/02).
Retno menyampaikan hal itu dalam konferensi pers yang dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, Menteri Perhubungan, Budi Sumadi, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, dan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Kristiarto S Legowo.
“Acara kedua yang akan dilakukan presiden adalah adalah mengunjungi Mount Ainslie itu adalah tempat agak tinggi. Di situ kita akan dapat melihat dari atas Canberra karena Canberra sebagai ibu kota baru sehingga presiden juga akan berdiskusi mengenai masalah pembangunan ibu kota baru,” kata dia.
Ibu kota Australia sebelum Canberra adalah Melbourne di sisi barat daya sejarak sekitar 662 kilometer pada daratan yang sama. Dari semua kota utama Autralia yang terdiri dari enam negara bagian, Canberra yang berada di dalam Kawasan Ibukota Australia di negara bagian New South Wales adalah yang paling muda usianya, yaitu berdiri sejak 1913.
Mount Ainslie sesungguhnya adalah suatu bukit dengan ketinggian 843 meter dari permukaan laut, di bagian timur laut Canberra dan merupakan bagian dari Canberra Nature Park. Lokasi itu termasuk tujuan wisata cukup populer karena menawarkan pemandangan ke pusat kota Canberra terutama saat matahari terbenam.
“Acara ketiga atau acara terakhir untuk besok adalah jamuan makan malam oleh Perdana Menteri dan pada saat jamuan makan malam besok akan sudah akan mulai membahas beberapa isu bilateral tapi karena jamuan makan malam sifatnya akrab akan banyak hal-hal yang akan dibahas di situ,” kata Marsudi.
Sedangkan pada Senin (10/02), kata dia, agenda Jokowi pun cukup padat dengan dimulai dari pertemuan tete a tete (empat mata) dengan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, dan penandatanganan dua nota kesepakatan.
“Pertama adalah rencana aksi kesepakatan kemitraan strategis 2020-2024 dan kedua kerja sama di bidang perhubungan. Setelah itu presiden dan perdana menteri akan melakukan pernyataan pers dan akan ada beberapa kunjungan kehormatan, yaitu oleh ketua oposisi Australia, ketua parlemen dan ketua senat Australia,” kata Marsudi.
Jokowi rencananya juga akan menyampaikan pidato di Gedung Parlemen Australia. “Bapak Presiden akan memberikan pidato di hadapan anggota parlemen Australia, terakhir presiden akan menghadiri Indonesia-Australia business roundtable di hotel,” kata Marsudi.
Seluruh kegiatan tersebut juga demi terwujudnya peta jalan dari IA-CEPA hingga 2024.
“Presiden datang setelah ratifikasi IA-CEPA dan hingga lima tahun ke depan kita sudah punya sebuah peta jalan yang jelas karena rencana aksi sudah ditandatangani sehingga kalau pilar ekonomi jelas mau ke mana, pilar lain juga akan jelas. Ke depan harapannya adalah hubungan antara Indonesia-Australia semakin kuat dan saling menguntungkan,” kata dia.
Menurut Legowo, Jokowi adalah presiden ke-12 yang akan berpidato di hadapan Parlemen Australia.
“Agenda presiden memberikan pidato di hadapan parlemen merupakan kehormatan yang sangat besar, karenap residen jadi kepala negara ke-12 yang diberikan kesempatan bicara di hadapan parlemen dalam sejarah Australia, dan pertama untuk tahun ini,” kata Legowo.
DPR sendiri telah resmi mengesahkan UU Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) pada 6 Februari 2020.
Ratifikasi itu menyusul penandatanganan kesepakatan IA-CEPA kedua negara yang dilakukan pada 4 Februari 2019 yang sudah dibicarakan selama sembilan tahun. Dalam perjanjian yang telah ditandatangani itu, Indonesia akan memangkas bea impor sebesar 94 persen untuk produk asal Negeri Kanguru secara bertaham. Sebagai gantinya 100 persen bea impor produk asal Indonesia yang masuk ke Australia akan dihapus.
Salah satu keuntungan Indonesia, antara lain dihapuskannya bea masuk impor seluruh pos tarif Australia sebanyak 6.474 pos menjadi nol persen.
Produk-produk Indonesia yang ekspornya berpotensi meningkat adalah produk otomotif, khususnya mobil listrik dan hibrida sebab IA-CEPA memberikan persyaratan kualifikasi konten lokal yang lebih mudah untuk kendaraan listrik dan hybrid asal Indonesia dibandingkan negara lainnya.
Produk-produk Indonesia lain yang berpotensi meningkat ekspornya yaitu kayu dan turunannya termasuk furnitur, tekstil dan produk tekstil, ban, alat komunikasi, obat-obatan, permesinan, dan peralatan elektronik.
Selain itu, di sektor perdagangan jasa, Indonesia akan mendapatkan akses pasar di Australia seperti kenaikan kuota visa kerja dan liburan yaitu dari 1.000 visa menjadi 4.100 visa di tahun pertama implementasi IA-CEPA dan akan meningkat sebesar lima persen di tahun-tahun berikutnya.
Selain itu, Indonesia juga akan mendapatkan berbagai program peningkatan kualitas sumber daya manusia, seperti program magang yang dibuat berdasarkan kebutuhan sektor industri dan ekonomi Indonesia, namun berkaitan langsung dengan investasi Australia di sektor pendidikan kejuruan.(Ant)
Baca Juga:Jokowi Tiba di Canberra
Baca Juga:Kaltim Jadi Ibu Kota, Wagub Hadi Berguru ke Canberra
Editor: Aprianoor