Nasional

Salam Pembuka Semua Agama Bukan Wujud Toleransi, Berikut Alasan MUI Jatim  

apahabar.com, SURABAYA – Sudah menjadi kebiasaan dalam sambutan resmi ada salam pembuka semua agama. Majelis Ulama Indonesia…

Featured-Image
Ilustrasi kerukunan umat beragama. Foto-Net

bakabar.com, SURABAYA -Sudah menjadi kebiasaan dalam sambutan resmi ada salam pembuka semua agama. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim menyebut itu bukan lah wujud toleransi.

Dikemukakan Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori, pluralisme memang dianjurkan. Namun, pluralisme agama merupakan hal yang keliru. Menurut Kiai Somad, sapaan akrabnya, beribadah dalam suatu agama tidak boleh dicampuradukkan. Alasannya masing-masing agama memiliki sistem ibadah tersendiri.

“Kalau menggunakan salam campuran, itu mencampuradukkan agama, jadi pluralisme agama itu tidak boleh. Saya terangkan dalam tausyiah agama, itu tidak boleh. Karena agama itu eksklusif, karena keyakinan itu adalah sistem. Agama itu sistem keyakinan dan agama punya sistem ibadah sendiri-sendiri,” papar Kiai Somad.

“Kaitannya dengan toleransi, kita setuju dalam perbedaan, saling menghormati, menghargai. Bukan berarti kalau orang salam nyebut semua, itu wujud kerukunan. Itu perusak kepada ajaran agama tertentu,” imbuhnya.

Imbauan ini, lanjut Kiai Somad justru merupakan wujud toleransi dan kerukunan antaragama.

“Saya sarankan pejabat yang Muslim menggunakan salam secara Islam. Begitu juga agama lain. Itu justru kerukunan. Tidak mencampurkan kehendak agama tertentu untuk dicampuradukkan. Ibadah ndak bisa dicampur aduk, jangan salah kaprah mengadakan doa bersama, semua doa diamini oleh semua agama, itu rusak nanti keyakinan agama,” lanjutnya.

Selain itu, Kiai Somad juga mencontohkan wujud pluralisme dan kerukunan bisa dilakukan dengan hal lain. Bukan menggunakan salam dengan berbagai agama.

“Orang harus berpikir yang jernih jangan sampai sok berbicara kerukunan, sok bicara toleransi, nanti ndak karu-karuan agama ini. Kerukunan itu misalnya kalau ada kebanjiran atau gempa, kita harus tolong menolong, ndak usah tanya agama. Kalau ada kecelakaan kita tolong, ndak usah tanya agama. Jadi kami ini perlu meluruskan yang begini ini,” pungkas Kiai Somad.

Sebelumnya, imbauan ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken KetuaMUI JatimKH. Abdusshomad Buchori pada Jumat (8/11).

Dalam surat ini, ada delapan pokok pikiran yang tertuang dalam imbauan tersebut. Imbauan tersebut meminta para umat Muslim membaca salam sesuai dengan agamanya, dan tidak mencampuradukkan untuk menghindari perbuatan syubhat.

Sumber: Detik.com
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner