bakabar.com, MARABAHAN – Sudah sejak lama imunisasi menjadi salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak di Indonesia. Namun, program ini kerap dikelilingi hoaks, sehingga ada orang tua yang enggan memvaksin anak mereka.
Hoaks yang mengiringi pemberian imunisasi memang cukup banyak. Mulai dari vaksin tidak aman dan menyebabkan autisme, asma, hingga alergi.
Imunisasi juga disebut mengandung pengawet beracun dan zat-zat hewani tidak halal, serta anggapan bahwa infeksi merupakan kejadian normal dan bagian dari pertumbuhan anak.
Hoaks inilah yang berusaha dilawan Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan dan Barito Kuala melalui pertemuan Advokasi dan Sosialisasi Imunisasi Dasar Lengkap dan Imunisasi Lanjutan bersama pemerintah lintas program dan lintas sektor, Rabu (09/10).
Kegiatan itu diikuti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait seperti Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, semua camat, kepala Puskesmas dan organisasi wanita.
“Kesehatan anak merupakan aset bangsa dan imunisasi sudah diprogramkan sejak 1956. Namun, tetap saja muncul hoaks tentang imunisasi, sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan,” ungkap Kepala Dinkes Kalsel, H. Muhammad Muslim.
Muslim menyampaikan dengan cakupan imunisasi yang tinggi, anak-anak akan terlindungi dari beberapa penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Tidak cuma penyakit, imunisasi juga termasuk dalam bagian pencegahan stunting.
Dalam upaya memaksimalkan cakupan tersebut, Dinkes tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kolaborasi dan integrasi lintas sektor.
“Pembangunan kesehatan tidak bisa terlepas dari sektor lain. Mulai dari desa, kecamatan, kepolisian, termasuk tokoh agama. Kalau tak dipahami masyarakat, program ini pasti terhambat,” tegas Muslim.
Sementara cakupan Imunisasi Dasar Lengkap dan Imunisasi Lanjutan di Batola sampai Agustus 2019 baru mencapai 48,1 persen dari target 62 persen. Masih tersisa 33 persen untuk mencapai target 95 persen per tahun.
Berkaca dari cakupan 2018, Imunisasi Dasar Lengkap yang dibukukan Batola mencapai 76,9 persen atau 4.263 bayi. Angka tersebut masih jauh dari target 92,5 persen. Lantas Imunisasi Lanjutan di Batola dalam tahun yang sama mencapai 56 persen atau jauh dari target 95 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Batola, dr. Azizah Sri Widari, mengakui jika isu vaksin MR yang mengandung babi memiliki dampak besar, sehingga masyarakat cukup sensitif terhadap imunisasi. Padahal, Imunisasi Dasar Lengkap dan Imunisasi Lanjutan sudah rutin dilaksanakan selama bertahun-tahun.
“Namun tahun-tahun sebelumnya cakupan selalu sesuai target, sehingga sekarang pun kami optimis. Terlebih ketersediaan vaksin mencukupi untuk kebutuhan satu tahun,” tegasnya.
Imunisasi Dasar Lengkap sendiri meliputi HB0, BCG, DPT, polio, campak yang diberikan sejak usia 0 hingga 11 bulan. Sedangkan Imunisasi Lanjutan meliputi DPT, HB, HBI dan campak lanjutan untuk range usia 11 sampai 24 bulan.
Baca Juga:Asing dengan Obat Ranitidin? Ini Penjelasan Ketua IDI Kalsel
Baca Juga:Tabrakan Horor di Tapin: Ibu Tewas, Anak Luka-Luka
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Puja Mandela